" Sehari
di Kediaman Rasulullah "
Oleh : Abdul Malik bin Muhammad bin Abdur Rahman Al-Qasim
Oleh : Abdul Malik bin Muhammad bin Abdur Rahman Al-Qasim
Mukaddimah
Kunjungan Istimewa
Perjalanan Yang Menyenangkan
Sifat-Sifat Rasulullah
Tutur kata Rasulullah
Kediaman Rasulullah
Karib Kerabat Rasulullah
Aktiftas Rasulullah di Dalam Rumah
Akhlak dan Budi Pekerti Rasulullah
Putra-Putri Rasulullah
Keharmonisan Rumah Tangga Rasulullah
Rasulullah dan Syariat Poligami
Canda Rasulullah
Tidur Rasulullah
Shalat Malam Rasulullah
Ketika Fajar Menyingsing
Shalat Duha Rasulullah
Shalat Sunnah Rasulullah di Rumah
Tangis Rasulullah
Tawadhu' Rasulullah
Pelayan Rasulullah
Bingkisan dan Tamu Rasulullah
Kasih Sayang Rasulullah Kepada Anak-Anak.
Kehalusan, Kelemahlembutan dan Kesabaran Rasulullah
Makanan Rasulullah
Membela Kehormatan Orang Lain
Dzikir Rasulullah
Rasulullah Dengan Para Tetangga
Persahabatan Yang Tulus
Menunaikan Hak
Keberanian dan Ketabahan Rasulullah
Doa-Doa Rasulullah
Di Penghujung Kunjungan
Perpisahan.
Mukaddimah
Segala
puji hanyalah bagi Allah Subhanahu wa Ta'ala semata, Yang telah mengutus
Rasul-Nya dengan membawa hidayah dan dien yang hak. Shalawat dan salam semo-ga
tercurah atas pemimpin para rasul, yang diutus sebagai rahmat sekalian alam. Wa
ba'du,
Mayoritas
kaum muslimin pada hari ini terjebak di antara dua sikap yang kontradiktif
dalam terhadap Rasulullah . Ada yang bersikap berlebih-lebihan terha-dap
Rasulullah hingga terseret ke dalam perbuatan syirik,
seperti memohon kepada beliau atau beristigha-tsah kepadanya. Dan ada pula yang
memandang remeh kedudukan beliau selaku utusan Allah Subhanahu wa Ta'ala, pada
akhirnya ia berani melanggar petunjuk beliau, tidak meneladani sirah (peri
kehidupan) beliau, dan tidak pula menjadi-kannya sebagai pelita kehidupan dan
rambu perjalanan.
Lembaran-lembaran
yang terbilang sedikit ini -yang hadir di hadapan pembaca- adalah salah satu
upaya memperkenalkan biografi dan selukbeluk kehidupan Rasulullah dengan metode yang ringkas dan praktis. Apa
yang kami sajikan ini belumlah dapat dikatakan memadai untuk itu, sebab kami
hanya menampilkan beberapa petikan mengenai karakteristik Rasulullah . Kami juga menyinggung beberapa permasalahan
yang sering terluput dalam kehidupan kaum muslimin sehari-hari. Kami cukup
mencatumkan dua atau tiga hadits saja untuk tiap-tiap karakteristik.
Kehidupan
Rasulullah adalah kehidupan yang penuh teladan bagi umat,
acuan dakwah sekaligus sebagai pedoman hidup. Beliau adalah teladan dalam ketaatan, dalam beribadah
dan berakhlak yang mulia. Teladan dalam bermuamalah yang baik dan dalam menjaga
kehormatan dan kemuliaan. Cukuplah pujian Allah atas beliau sebagai buktinya, Allah Subhanahu
wa Ta'ala berfirman:
"Dan sesungguhnya engkau
benar-benar berbudi pekerti yang agung." (Al-Qalam 4)
Ahlus
Sunnah wal Jamaah menempatkan Rasu-lullah pada kedudukan yang diberikan Allah Subhanahu
wa Ta'ala kepada beliau, yaitu sebagai hamba Allah dan Rasul-Nya. Ahlus Sunnah
Wal Jamaah tidaklah berlebih-lebihan dalam menyanjung Rasulullah . Kedudukan yang telah diberi-kan Allah
Subhanahu wa Ta'ala sudah cukup untuk menunjukkan ketinggi-an derajat beliau.
Kita, sebagai Ahlu Sunnah, wajib berja-lan di atas prinsip tersebut, kita tidak
boleh mengada-adakan perbuatan bid'ah, seperti mengadakan peringat-an maulid
Nabi serta perayaan-perayaan sejenisnya. Namun manifestasi cinta kita kepada
beliau ialah dengan mentaati perintah beliau, menjauhkan diri dari segala yang
dilarang dan dibencinya.
Dalam
sebuah syair dituturkan:
Yang harus kita maklumi,beliau
hanyalah seorang manusia biasa.
Disamping beliau adalah hamba Allah
Subhanahu wa Ta'ala yang terbaik.
Allah Subhanahu wa Ta'ala
mengistimewakan beliau dengan stem-pel putih kenabian.
Bagaikan cahaya yang terang
bersinar.
Allah Subhanahu wa Ta'ala
menyertakan nama beliau dengan asma-Nya.
Saat muazzin mengumandangkan azan
lima kali sehari semalam dengan bersyahadat.
Hingga nama beliau dipetik dari
nama-Nya sebagai penghormatan.
Allah Subhanahu wa Ta'ala, pemilik
'Arsy adalah Yang Maha Terpuji,
Sementara beliau adalah yang terpuji.
Meskipun
kita tidak sempat menyaksikan beliau secara langsung di dunia, karena terpisah ruang
dan waktu, namun kita tidak akan bosan memohon kepada Allah Subhanahu wa
Ta'ala semoga kita termasuk orang-orang yang disebutkan Rasulullah dalam sabdanya:
"Betapa ingin aku bertemu dengan saudara-sauda-raku!" Para sahabat berkata: "Wahai Rasulullah, bukankah kami ini saudara-saudaramu?" Rasulullah menjawab: "Kamu sekalian adalah sahabat-sahabatku, saudara-saudaraku adalah generasi yang belum lagi muncul." "Wahai Rasu-lullah, bagaimanakah engkau dapat mengenali suatu generasi dari umatmu yang belum lagi muncul?" tanya sahabat. Beliau menjawab: "Bagai-manakah menurutmu, bila seseorang memiliki seekor kuda yang putih kepala dan kakinya di antara kuda-kuda yang hitam legam, bukankah dia dapat mengenali kudanya?" "Tentu saja wahai Rasulullah!" jawab mereka. "Sungguh, mereka akan datang dengan warna putih bercahaya pada wajah dan tubuh mereka disebabkan air wudhu'. Dan akulah yang akan mendahului mereka tiba di telaga (Al-Kautsar)!" jawab beliau." (HR. Muslim)
Saya
memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala semoga kita semua tergolong
orang-orang yang mengikuti jejak beliau dan meneladani kehidupan beliau serta mena-paki
sunnahnya. Saya juga memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala semoga Dia
Subhanahu wa Ta'ala mengumpulkan kita bersama beliau di Surga 'Aden. Dan
semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala memberikan pahala yang sempurna bagi
beliau sebagai balasan atas seluruh yang telah beliau
persembahkan. Shalawat dan salam semoga tercurah atas beliau, segenap keluarga
serta sahabat.
Penulis,
Abdul Malik bin
Muhammad bin Abdur Rahman Al-Qasim
Kunjungan
Istimewa
Marilah kita telusuri kembali kurun yang telah berlalu. Membuka lembaran-lembaran masa silam. Membaca dan memperhatikan dengan seksama kisah-kisahnya. Kita akan mengadakan kunjungan istimewa, mengunjungi Rasulullah di rumah beliau melalui untaian kata dan kalimat. Singgah di rumah beliau barang sehari saja. Melihat-lihat keadaan rumah beliau serta beberapa kisah tentangnya. Guna mengambil pelajaran dan ibrah yang akan menjadi pelita dalam amal perbuatan kita.
Seiring
dengan pesatnya kemajuan ilmu pengeta-huan akhir-akhir ini, literatur-literatur
yang di baca kaum muslimin pun semakin banyak. Mereka dengan mudah dapat
mengunjungi Timur dan Barat melalui buku-buku dan tulisan-tulisan, melalui
film-film dan berbagai referensi lainnya. Padahal, sebenarnya kita lebih berhak
mengadakan kunjungan syar'i ke rumah Rasulullah daripada mereka. Untuk melihat keadaannya,
kemudian bersungguh-sungguh meneladani apa yang kita lihat dan dengar
tentangnya. Namun disebabkan terbatasnya kesempatan, kita hanya menyorot
beberapa keutamaan di rumah beliau , mudah-mudahan kita dapat mendidik diri kita
untuk dapat menerapkannya di rumah masing-masing.
Wahai
saudaraku seiman,
Tujuan
kita membuka lembaran masa silam bu-kanlah hanya untuk menikmati atau
melihat-lihat kisah-kisah yang sudah berlalu. Namun tujuan kita yang hakiki
adalah menjadikannya sebagai wasilah untuk beribadah kepada Allah . Dengan
membaca sirah (sejarah hidup) Nabi diharapkan kita dapat mengikuti sunnah beliau
dan berjalan di atas manhaj (pedoman) beliau. Sebagai bentuk ketaatan kita
kepada perintah Allah Subhanahu wa Ta'ala yaitu kewajiban mencintai Rasulullah . Di antara tanda-tanda kecintaan kepada
Rasulullah ialah mentaati perintah beliau dan menjauhi
segala yang dilarang dan dibencinya. Serta menjadikan beliau sebagai teladan dan panutan.
Mengenai
hal itu Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
"Katakanlah: "Jika kamu
(benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan
mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengam-pun lagi Maha Penyayang."
(Ali Imran 31)
Dalam
ayat lain Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
"Sesungguhnya telah ada pada diri
Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap
(rahmat) Allah dan (kedatangan) Hari Kiamat dan banyak menyebut Allah."
(Al-Ahzab 21)
Rasulullah
sendiri menegaskan bahwa mencin-tai beliau
termasuk salah satu sebab mendapatkan manisnya iman. Beliau bersabda:
"Ada tiga perkara, bila terkumpul pada diri seseorang, ia pasti mendapatkan manisnya iman; Hendaklah Allah Subhanahu wa Ta'ala dan Rasul-Nya lebih dia cintai daripada selain keduanya …" (Muttafaq 'alaih)
dalam
hadits lain beliau bersabda:
"Demi Dzat Yang jiwaku berada di Tangan-Nya, Tidak akan sempurna keimanan seseorang hingga ia menjadikan aku yang lebih dicintainya daripada orangtua dan anak-anaknya sendiri." (HR. Mus-lim)
Sirah
Rasulullah adalah sirah yang sangat menakjubkan. Banyak
sekali pelajaran yang dapat kita petik dan petunjuk yang dapat kita teladani
darinya.
Perjalanan
Yang Menyenangkan
Perjalanan menuju rumah Rasulullah untuk melihat selukbeluk kehidupan dan tata krama pergaulan beliau merupakan perjalanan yang sangat diidamkan setiap orang. Terlebih lagi bila diniatkan untuk menggapai pahala di sisi Allah Subhanahu wa Ta'ala. Sebuah perjalanan yang sarat ibrah dan pelajaran, penuh teladan dan panutan. Yaitu perjalanan melalui kitab-kitab dan riwayat-riwayat dari lisan para sahabat . Sebab, kita tidak dibolehkan melakukan perjalanan ke makam atau rumah beliau atau ke tempat-tempat lainnya selain ke tiga masjid, sebagaimana yang disebutkan Rasulullah dalam hadits:
"Janganlah mengadakan perjalanan (secara khu-sus) kecuali ke tiga masjid, Masjidil Haram, Mas-jidku ini (Masjid Nabawi), dan Masjidil Aqsha." (Muttafaq 'alaih)
Kita
wajib mentaati perintah Rasulullah dengan tidak mengadakan perjalanan secara
khusus kecuali ke tiga masjid tersebut. Bukankah Allah Subhanahu wa Ta'ala
telah mengatakan:
"Apa yang diberikan Rasul kepadamu
maka teri-malah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah."
(Al-Hasyr: 7)
Kita
tidak boleh melakukan kunjungan ke tempat-tempat bersejarah peninggalan
Rasulullah , Ibnu Wadhdhah rahimahullah berkata:
"Umar radhiyallaahu anhu telah memerintahkan untuk menebang pohon tempat
Rasulullah di bai'at, sebab orang-orang banyak mengunjungi
pohon tersebut untuk shalat di sana. Umar radhiyallaahu anhu khawatir mereka
terfitnah (tersesat jatuh ke dalam dosa syirik)." (Kisah tersebut dapat
dilihat dalam Shahih Bukhari dan Muslim).
Ibnu
Taimiyah rahimahullah memberikan komentar mengenai kunjungan ke gua Hira':
"Sebelum diangkat menjadi rasul, beliau sering menyendiri untuk beribadah
di sana. Dan di sanalah pertama sekali wahyu diturunkan kepada beliau. Akan
tetapi setelah itu beliau tidak pernah sama sekali mengunjunginya bahkan tidak
pernah mendekatinya. Demikian pula sahabat-sahabat beliau . Beliau menetap di kota Makkah selama lebih
kurang sepuluh tahun, namun tidak pernah sekalipun beliau mengunjunginya lagi
atau mendaki ke atasnya. Demikian pula kaum mu'minin yang menetap bersama
beliau di kota Makkah. Setelah beliau berhijrah ke Madinah, beliau berkali-kali
memasuki kota Makkah, seperti pada saat menunaikan Umrah Hudaibiyah, saat
penaklukan kota Makkah, dimana beliau berdiam selama dua puluh hari di sana,
pada saat menunaikan Umrah Ji'ranah, namun beliau tidak pernah mendatangi gua
Hira' atau mengunjunginya….." (Lihat Majmu' Fatawa Ibnu Taimiyah XXVII /
hal 251).
Sekarang
kita akan mengunjungi Kota Al-Madinah An-Nabawiyyah, bangunannya mulai terlihat
di hadapan kita. Itulah gunung Uhud, yang dikatakan Rasulullah :
"Gunung ini mencintai kami dan kami pun mencintainya" (Muttafaq 'alaih)
Sebelum
memasuki kediaman Rasulullah , marilah kita lihat sejenak bentuk
bangunannya. Janganlah terperanjat bila kita hanya menyaksikan sebuah bangunan
kecil dengan tempat tidur yang sangat sederhana. Sebab Rasulullah adalah seorang yang sangat zuhud terhadap
dunia. Beliau tidaklah menolehkan pandangan kepada
kemewahan dan gemerlap harta benda dunia. Namun yang menjadi penyejuk mata hati
beliau hanyalah ibadah shalat. (Sebagaimana yang disebutkan dalam HR.
An-Nasaai)
Beliau berkomentar tentang dunia sebagai berikut:
"Apa artinya dunia bagiku! Kehadiranku di dunia hanyalah bagaikan seorang pengelana yang tengah berjalan di panas terik matahari, lalu berteduh di bawah naungan pohon beberapa saat, kemudian segera meninggalkannya untuk kembali melanjutkan perjalanan." (HR. At-Tirmidzi)
Sekarang
kita sedang berjalan menuju kediaman beliau seraya mengayunkan langkah di jalan-jalan
kota Madinah. Itulah kamar-kamar istri beliau mulai tampak. Kamar sederhana
yang dibangun dari pelepah kurma dan polesan tanah, sebagian lagi dengan batu
yang ditata sedemikian rupa, sementara bagian atasnya dipayungi dengan atap
dari pelepah kurma.
Al-Hasan
mengisahkan kepada kita: "Aku pernah masuk ke dalam rumah-rumah istri
Rasulullah pada masa khilafah Utsman bin 'Affan radhiallaahu
anhu. Langit-langit rumah tersebut dapat aku jangkau dengan tanganku."
(Lihat Ath-Thabaqat Al-Kubra karangan Ibnu Sa'ad I/hal 499 & 501, lihat
juga kitab As-Sirah An-Nabawiyyah II/hal 274 karangan Ibnu Katsir)
Sungguh
kediaman beliau adalah rumah yang sangat sederhana dengan beberapa kamar yang
kecil. Akan tetapi penuh dengan cahaya keimanan dan ketaatan, sarat dengan
wahyu dan risalah ilahi!
Sifat-sifat
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
Tibalah kita di depan rumah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, kita ketuk pintu beliau untuk meminta izin. Marilah kita layangkan perhatian kepada sahabat yang melihat langsung Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, ia akan menceritakannya kepada kita seolah-olah kita melihat beliau shallallahu 'alaihi wasallam. Agar kita dapat mengenal ciri fisik beliau yang mulia serta wajah beliau yang penuh senyum.
Al-Bara'
bin 'Azib radhiyallah 'anhu menuturkan:
"Rasulullah adalah seorang yang sangat tampan wajahnya, sangat luhur budi pekertinya, beliau tidak terlalu jangkung dan tidak pula terlalu pendek." (HR. Al-Bukhari)
Masih
dari Al Bara' radhiyallah 'anhu ia berkata:
"Rasulullah memiliki dada yang bidang dan lebar, beliau memiliki rambut yang terurai sam-pai ke cuping telinga (bagian bawah telinga), saya pernah menyaksikan beliau mengenakan pakaian berwarna merah, belum pernah saya melihat sesuatu yang lebih indah daripada itu." (HR. Al-Bukhari)
Abu
Ishaq As-Sabi'i berkata: "Seseorang pernah bertanya kepada Al-Bara' bin
'Azib radhiyallah 'anhu: "Apakah wajah Rasulullah lancip seperti sebilah pedang?" ia
menjawab: "Tidak, bahkan bulat bagaikan rembulan!" (HR. Al-Bukhari)
Anas
bin Malik radhiyallah 'anhu mengungkapkan:
"Belum pernah tanganku menyentuh kain sutra yang lebih lembut daripada telapak tangan Rasulullah . Dan belum pernah aku mencium wewa-ngian yang lebih harum daripada aroma Rasulullah " (Muttafaq 'alaih)
Di
antara sifat beliau adalah "pemalu", sampai-sampai Abu Sa'id Al-Khudri
radhiyallah 'anhu mengatakan:
"Rasulullah itu lebih pemalu daripada gadis dalam pingitan. Jika beliau tidak menyukai sesuatu, niscaya kami dapat mengetahui ketidak sukaan beliau itu dari wajahnya." (HR. Al-Bukhari)
Demikianlah
beberapa sifat dan budi pekerti Rasulullah . Sungguh, ayah dan ibuku sebagai tebusannya!
Allah Subhanahu wa Ta'ala telah menyempurnakan jasmani dan budi pekerti beliau .
Tutur
Kata Rasulullah
Telah kita ketahui bersama beberapa sifat Rasulullah . Sekarang kita ingin mengetahui tutur kata dan cara berbicara beliau. Sebelumnya, marilah kita simak penuturan 'Aisyah radhiyallahu anha:
|
"Rasulullah tidaklah berbicara seperti yang biasa kamu lakukan (yaitu berbicara dengan nada cepat). Namun beliau berbicara dengan nada perlahan dan dengan perkataan yang jelas dan terang lagi mudah dihafal oleh orang yang mendengarnya." (HR. Abu Daud)
Beliau
adalah seorang yang rendah hati lagi lemah lembut, sangat senang jika
perkataannya dapat dipa-hami. Di antara bentuk kepedulian beliau terhadap umat
ialah dengan memperhatikan tingkatan-tingkatan intelek-tualitas dan pemahaman
mereka di dalam berkomu-nikasi. Hal tersebut menunjukkan bahwa beliau adalah
seorang yang sangat penyantun lagi sabar. Diriwayatkan dari 'Aiysahradhiyallahu
'anhabahwa ia berkata:
"Tutur kata Rasulullah sangat teratur, untaian demi untaian kalimat tersusun dengan rapi, sehing-ga mudah dipahami oleh orang yang mendengar-kannya." (HR. Abu Daud)
Cobalah
perhatikan kelemahlembutan dan keluasan hati Rasulullah , beliau sudi mengulangi perkataan agar dapat
dipahami!
Anas
bin Malik Radhiyallahu anhu mengungkapkan kepada kita:
"Rasulullah sering mengulangi perkataannya tiga kali agar dapat dipahami." (HR. Al-Bukhari)
Rasulullah
selalu berlaku lemah lembut kepada orang lain.
Dengan sikap seperti itulah orang-orang menjadi takut, segan serta hormat
kepada beliau!
Diriwayatkan
dari Ibnu Mas'ud Radhiyallahu anhu ia berkata:
Seorang
laki-laki datang menemui Rasulullah . Beliau mengajak laki-laki itu berbicara
sehingga membuatnya menggigil ketakutan. Rasulullah berkata kepadanya:
"Tenangkanlah dirimu! Sesungguhnya aku bukanlah seorang raja. Aku hanyalah putra seorang wanita yang biasa memakan dendeng." (HR. Ibnu Majah)
Kediaman
Rasulullah
Izin telah diberikan, tibalah kita di dalam rumah Rasulullah . Cobalah layangkan pandangan sejenak ke sudut-sudut rumah, para sahabat radhiyallaahu anhum akan menggambarkan kepada kita situasi di dalamnya berupa peralatan dan perabotan dll.
Kita
maklumi bersama bahwa tidaklah diperkenan-kan melayangkan pandangan ke dalam
kamar atau rumah orang lain. Namun tujuan kita di sini adalah untuk mengambil
contoh dan teladan dari rumah yang mulia tersebut. Rumah dengan ketawadhu'an
sebagai asasnya dan keimanan sebagai modalnya. Dapat engkau lihat, dindingnya
bersih dari gambar-gambar makhluk bernyawa yang banyak dipajang orang di
rumah-rumah kebanyakan orang pada hari ini. Padahal Rasulullah telah bersabda:
"Malaikat tidak akan masuk ke dalam rumah yang terdapat padanya anjing atau gambar." (HR. Al-Bukhari)
Kemudian
arahkan pandanganmu kepada perabotan rumah yang biasa dipakai beliau sehari-hari. Diriwayatkan dari Tsabit ia
berkata: Anas radhiyallaahu anhu memperlihatkan kepada kami sebuah gelas
terbuat dari kayu yang tebal dan disepuh dengan besi. Ia berkata: "Wahai
Tsabit, inilah gelas Rasulullah ." (HR. At-Tirmidzi)
Rasulullah
biasa meminum air, nabidz,
madu dan susu dengan gelas itu.
Diriwayatkan
dari Anas bin Malik radhiyalaahu anhu ia berkata:
"Rasulullah biasa bernafas tiga kali sewaktu minum." (HR. Muttafaq 'alaih)
Yaitu
bernafas di luar gelas. Beliau melarang bernafas di dalam gelas sewaktu minum
dan beliau juga melarang meniup minuman. (Sebagaimana yang disebutkan dalam HR.
At-Tirmidzi)
Adapun
baju perang yang biasa beliau kenakan saat berjihad di medan peperangan, pada
hari-hari yang keras dan penuh kesulitan, sudah tidak ditemukan lagi di rumah
beliau. Rasulullah telah menggadaikannya kepada seorang Yahudi
dengan tiga puluh sha' gandum, sebagaimana yang dituturkan 'Aisyah radhiyalaahu
anha. Ketika Rasulullah wafat, baju perang itu masih ada di tangan
orang Yahudi tersebut.
Beliau
tidak pernah membuat kaget keluarga atau
membuat mereka takut. Namun beliau menemui keluarga dengan sepengetahuan mereka
dan dengan memberi salam terlebih dahulu. (Lihat Zaadul Ma'aad II/ hal 381)
Perhatikanlah
dengan saksama hadits Rasulullah berikut ini:
"Alangkah beruntungnya orang yang mendapat hidayah kepada Islam, lalu dia mencukupkan diri dengan kehidupan yang sederhana serta bersikap qana'ah." (HR. At-Tirmidzi)
Simaklah
baik-baik hadits yang agung berikut ini:
"Barangsiapa yang aman sentosa di tengah-tengah kaumnya, sehat jasmaninya, lagi memiliki makan-an pokoknya sehari-hari, maka seakan-akan ia telah meraih dunia dengan segala isinya." (HR. At-Tirmidzi)
Karib
Kerabat Rasulullah
Nabiyyul
ummah adalah seorang yang sangat setia menjaga
hubungan tali silaturrahim. Kesetiaan yang sulit diungkapkan dengan kata-kata.
Beliau adalah seorang yang memiliki tanggung jawab yang sangat sempurna dalam
hal itu. Sampai-sampai kaum Quraisy memuji beliau dan menggelar beliau dengan
sebutan Ash-Shadiq Al-Amiin (yang jujur lagi sangat di percaya) sebelum
beliau diangkat menjadi rasul. Istri beliau tercinta, Khadijahradhiyallahu
'anhamelukiskan sifat beliau dengan ucapannya:
"Engkau
adalah seorang yang suka menyambung tali silaturrahim dan selalu berkata
jujur."
Lihatlah!
beliau menunaikan hak yang paling besar dan
melaksanakan kewajiban yang paling utama, yaitu menziarahi makam ibu beliau
yang wafat pada saat beliau berusia tujuh tahun. Abu Hurairah menuturkan-nya
kepada kita:
Pada
suatu ketika, Rasulullah menziarahi makam ibunya. Beliau menangis dan
ikut menangis juga para sahabat Radhiallaahu anhu yang ada di dekat beliau.
Beliau lalu berkata:
"Aku telah meminta izin kepada Rabbku untuk memohonkan ampunan bagi ibuku, namun Dia tidak mengizinkannya. Lalu aku minta izin untuk menziarahi makamnya, Dia pun mengizinkannya. Berziarah kuburlah kamu, sebab ziarah kubur mengingatkan kamu kepada hari kematian." (HR. Muslim)
Perhatikanlah,
betapa besar kecintaan Rasulullah kepada karib kerabatnya. Demikian pula
perhatian beliau untuk mendakwahi, membimbing serta menyela-matkan mereka dari
api Neraka. Beliau ¥ begitu tabah dalam menghadapi segala macam kesulitan untuk
hal itu.
Diriwayatkan
dari Abu Hurairah Radhiallaahu anhu ia berkata: "Ketika turun ayat
"Dan berilah peringatan kepada karib kerabatmu yang terdekat." (Asy-Syuara'
214). Beliau mengundang pemuka Quraisy. Setelah mereka berkum-pul, mulailah
beliau memberikan pengarahan secara umum dan khusus. Beliau berkata:
Wahai Bani Abdu Syams, wahai Bani Ka'ab bin Lu`ai, tebuslah diri kalian dari api Nereka! Wahai Bani Murrah bin Ka'ab, tebuslah diri kalian dari api Neraka! Wahai Bani Abdu Manaf, tebuslah diri kalian dari api Neraka! Wahai Bani Hasyim, tebuslah diri kalian dari api Neraka! Wahai Bani Abdul Muththalib, tebusah diri kalian dari api Neraka! Wahai Fathimah, tebuslah dirimu dari api Neraka! sedikitpun aku tidak berguna bagimu di hadapan Allah Subhanahu wa Ta'ala , hanya saja kalian memiliki hubungan kekerabatan yang tetap aku pelihara baik." (HR. Muslim)
Beliau
tidak pernah bosan dan jemu mendakwahi Abu
Thalib, paman beliau. Berulang kali beliau menawarkan dakwah beliau kepadanya,
hingga beliau menemuinya saat menjelang kematiannya, sebagaimana yang
dikisahkan dalam riwayat di bawah ini:
Ketika Abu Thalib tengah menghadapi
kematian, Rasulullah datang menemuinya, sementara Abu Jahal dan
Abdullah bin Abi Umaiyyah ada di dekatnya. Rasulullah berkata kepadanya: "Wahai pamanku,
ucapkanlah "Laa Ilaaha Illallaahu!" sebuah kalimat yang akan aku
jadikan hujjah untuk membelamu di hadapan Allah!" Abu Jahal dan Abdullah
bin Abi Umayyah mempengaruhinya dengan ucapan: "Wahai Abu Thalib, apakah
engkau tega membenci agama Abdul Muththalib?" mereka berdua terus
mempengaruhinya sehingga kalimat terakhir yang diucapkan Abu Thalib adalah:
"Aku wafat di atas agama Abdul Muththalib!"
Rasulullah
pun berkata: "Aku akan terus
memohonkan ampun bagimu selama hal itu belum dilarang atasku!"
Hingga
akhirnya turunlah ayat:
"Tiadalah sepatutnya bagi
Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada Allah) bagi
orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat(nya),
sesudah jelas bagi mereka, bahwasanya orang-orang musyrik itu adalah penghuni
Neraka Jahannam." (At-Taubah: 113)
Lalu
turun juga ayat:
"Sesungguhnya kamu tidak
akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi
petunjuk kepada orang yang dike-hendaki-Nya." (Al-Qashash: 56)
(Kisah
tersebut diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Bukhari dan Muslim dalam kitab mereka).
Rasulullah
telah berulang kali mendakwahi Abu Thalib
semasa hidupnya. Hingga pada saat-saat terakhir menjelang wafatnya. Kemudian
beliau iringi dengan permohonan ampunan baginya sebagai bentuk kebaikan dan
kasih sayang beliau terhadapnya, hingga turun ayat yang melarang hal itu.
Beliau patuhi dan taati perintah Allah Subhanahu wa Ta'ala , setelah itu beliau
tidak lagi memanjatkan doa bagi orang-orang musyrik meskipun dari kalangan
kerabat beliau. Itulah bentuk kasih sayang yang amat agung terhadap umat. Di
lain pihak, itu juga merupakan sikap loyalitas yang tinggi terhadap Dienul
Islam serta bara' (berlepas diri) dari orang-orang kafir dan musyrik
meskipun berasal dari kalangan keluarga dan kaum kerabat. Alangkah indah
lantunan syair berikut ini:
Beliau adalah seorang nabi yang diutus
kepada kami.
Setelah kami tenggelam dalam keputus-asaan dan kekosongan para rasul.
Sementara berhala-berhala disembah di muka bumi.
Beliau datang sebagai pelita yang menerangi.
Sebagai pembimbing yang bersinar secerah kilatan pedang India.
Beliau memperingatkan kami dari siksa api Neraka.
Membawa kabar gembira berupa kenikmatan Surga.
Beliau bimbing kami kepada Islam.
Segala puji hanyalah milik Allah Subhanahu wa Ta'ala semata.
Setelah kami tenggelam dalam keputus-asaan dan kekosongan para rasul.
Sementara berhala-berhala disembah di muka bumi.
Beliau datang sebagai pelita yang menerangi.
Sebagai pembimbing yang bersinar secerah kilatan pedang India.
Beliau memperingatkan kami dari siksa api Neraka.
Membawa kabar gembira berupa kenikmatan Surga.
Beliau bimbing kami kepada Islam.
Segala puji hanyalah milik Allah Subhanahu wa Ta'ala semata.
Aktifitas Rasulullah di Dalam Rumah
Rumah seseorang ibarat cermin yang menggambarkan keluhuran akhlak, kesempurnaan budi pekerti, keelokan pergaulan dan ketulusan nuraninya. Tidak ada seorang pun yang melihat apa yang diperbuatnya di balik kamar dan dinding. Saat ia bersama hamba sahaya, bersama pembantu atau bersama istrinya. Ia bebas berbuat tanpa ada rasa sungkan dan berpura-pura. Sebab ia adalah raja yang memerintah dan melarang di dalam rumahnya. Semua anggota keluarga yang berada di bawah tanggungannya adalah lemah. Marilah kita lihat bersama aktifitas Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam di dalam rumah, selaku pemimpin dan panutan umat yang memiliki kedudukan yang mulia dan derajat yang tinggi. Bagaimanakah keadaan beliau di dalam rumah?
Aisyah
radhiyallahu 'anha pernah ditanya: "Apakah yang dilakukan Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam di dalam rumah?" Ia radhiyallahu 'anha
menjawab: "Beliau shallallahu 'alaihi wasallam adalah seorang manusia
biasa. Beliau menambal pakaian sendiri, memerah susu dan melayani diri beliau
sendiri." (HR. Ahmad dan Tirmidzi)
Demikianlah
contoh sebuah ketawadhu'an dan sikap rendah hati (tidak takabur) serta tidak
memberatkan orang lain. Beliau turut mengerjakan dan membantu pekerjaan rumah
tangga. Seorang hamba Allah yang terpilih tidaklah segan mengerjakan hal
itu semua.
Dari
rumah beliau shallallahu 'alaihi wasallam yang penuh berkah itulah memancar
cahaya Islam, sedangkan beliau sendiri tidak mendapatkan makanan yang dapat
mengganjal perut beliau shallallahu 'alaihi wasallam. An-Nu'man bin Basyir
menuturkan kepada kita keadaan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam:
"Aku telah menyaksikan sendiri keadaan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, sampai-sampai beliau tidak mendapatkan kurma yang jelek sekalipun untuk mengganjal perut." (HR. Muslim)
Aisyah
radhiyallahu 'anha menuturkan:
"Kami, keluarga Muhammad, tidak pernah menya-lakan tungku masak selama sebulan penuh, makanan kami hanyalah kurma dan air." (HR. Al-Bukhari)
Tidak
ada satu perkara pun yang melalaikan Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam dari beribadah dan berbuat ketaatan. Apabila sang muadzin telah
mengumandangkan azan; "Marilah tegakkan shalat! Marilah menggapai
kemenangan!" beliau segera menyambut seruan tersebut dan meninggalkan
segala aktifitas duniawi.
Diriwayatkan
dari Al-Aswad bin Yazid ia berkata: "Aku pernah bertanya kepada 'Aisyah radhiyallahu
'anha: 'Apakah yang biasa dilakukan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
di rumah?' 'Aisyah radhiyallahu 'anha menjawab: "Beliau biasa membantu
keluarga, apabila mendengar seruan azan, beliau segera keluar (untuk menunaikan
shalat)." (HR. Muslim)
Tidak
satupun riwayat yang menyebutkan bahwa beliau mengerjakan shalat fardhu di
rumah, kecuali ketika sedang sakit. Beliau shallallahu 'alaihi wasallam pernah
terserang demam yang sangat parah. Sehingga sulit baginya untuk keluar rumah,
yakni sakit yang mengantar beliau menemui Allah shallallahu 'alaihi wasallam.
Disamping
beliau lemah lembut dan penuh kasih sayang terhadap umatnya, namun beliau juga
sangat marah terhadap orang yang meninggalkan shalat fardhu berjamaah (di
masjid). Beliau shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Sungguh betapa ingin aku memerintahkan muazdin mengumandangkan azan lalu iqamat, kemudian aku memerintahkan seseorang untuk mengimami shalat, lalu aku berangkat bersama beberapa orang yang membawa kayu bakar menuju kaum yang tidak menghadiri shalat jamaah, untuk membakar rumah-rumah mereka." (Muttafaq 'alaih)
Sanksi
yang sangat berat tersebut menunjukkan betapa penting dan utamanya shalat
berjamaah. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Barangsiapa yang mendengar seruan azan, lalu ia tidak menyambutnya (mendatangi shalat berjamaah), maka tidak ada shalat baginya kecuali karena uzur." (HR. Ibnu Majah dan Ibnu Hibban).
Uzur
di sini adalah perasaan takut (tidak aman) atau sakit.
Apa dalih orang-orang yang mengerjakan shalat fardhu di rumahnya (di samping istrinya)? Mereka tinggalkan masjid! Apakah ada uzur sakit atau perasaan takut bagi mereka?
Apa dalih orang-orang yang mengerjakan shalat fardhu di rumahnya (di samping istrinya)? Mereka tinggalkan masjid! Apakah ada uzur sakit atau perasaan takut bagi mereka?
Akhlak dan Budi Pekerti
Perilaku seseorang merupakan barometer akal dan kunci untuk mengenal hati nuraninya. 'Aisyah Ummul Mukminin putri Ash-Shiddiq radhiyallahu 'anhuma seorang hamba terbaik yang mengenal akhlak Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan yang dapat menceritakan secara detail keadaan beliau shallallahu 'alaihi wasallam. 'Aisyah radhiyallahu 'anha adalah orang yang paling dekat dengan beliau baik saat tidur maupun terjaga, pada saat sakit maupun sehat, pada saat marah maupun ridha.
Aisyah
radhiyallahu 'anha menuturkan:
Rasulullah bukanlah seorang yang keji dan tidak suka berkata keji, beliau bukan seorang yang suka berteriak-teriak di pasar dan tidak membalas kejahatan dengan kejahatan. Bahkan sebaliknya, beliau suka memaafkan dan merelakan. (HR. Ahmad)
Demikianlah
akhlak beliau shallallahu 'alaihi wasallam selaku nabi umat ini yang penuh kasih
sayang dan selalu memberi petunjuk, yang penuh anugrah serta selalu memberi
nasihat. Semoga shalawat dan salam tercurah atas beliau. Al-Husein cucu beliau
menuturkan keluhuran budi pekerti beliau. Ia berkata: "Aku bertanya kepada
ayahku tentang adab dan etika Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam terhadap
orang-orang yang bergaul dengan beliau, ayahku menuturkan: "Beliau
shallallahu 'alaihi wasallam senantiasa tersenyum, luhur budi pekerti lagi
rendah hati, beliau bukanlah seorang yang kasar, tidak suka berteriak-teriak,
bukan tukang cela, tidak suka mencela makanan yang tidak disukainya. Siapa saja
yang mengharapkanya pasti tidak akan kecewa dan siapa saja yang memenuhi
undangannya pasti akan senantiasa puas. Beliau meninggalkan tiga perkara:
"riya', berbangga-bangga diri dan hal yang tidak bermanfaat." Dan
beliau menghindarkan diri dari manusia karena tiga perkara: "beliau tidak
suka mencela atau memaki orang lain, beliau tidak suka mencari-cari aib orang
lain, dan beliau hanya berbicara untuk suatu maslahat yang bernilai
pahala." Jika beliau berbicara, pembicaraan beliau membuat teman-teman
duduknya tertegun, seakan-akan kepala mereka dihinggapi burung (karena
khusyuknya). Jika beliau diam, barulah mereka berbicara. Mereka tidak pernah
membantah sabda beliau. Bila ada yang berbicara di hadapan beliau, mereka diam
memperhatikannya sampai ia selesai bicara. Pembicaraan mereka disisi beliau
hanyalah pembicaraan yang bermanfaat saja. Beliau tertawa bila mereka tertawa.
Beliau takjub bila mereka takjub, dan beliau bersabar menghadapi orang asing
yang kasar ketika berbicara atau ketika bertanya sesuatu kepada beliau,
sehingga para sahabat shallallahu 'alaihi wasallam selalu mengharapkan
kedatangan orang asing seperti itu guna memetik faedah. Beliau bersabda: "Bila
engkau melihat seseorang yang sedang mencari kebutuhannya, maka bantulah
dia." Beliau tidak mau menerima pujian orang kecuali menurut yang
selayaknya. Beliau juga tidak mau memutuskan pembicaraan seeorang kecuali orang
itu melanggar batas, beliau segera menghentikan pembicaraan tersebut dengan
melarangnya atau berdiri meninggalkan majlis." (HR. At-Tirmidzi)
Cobalah
perhatikan satu persatu akhlak dan budi pekerti nabi umat ini shallallahu
'alaihi wasallam. Pegang teguh akhlak tersebut dan bersungguh-sungguhlah dalam
meneladaninya, sebab ia adalah kunci seluruh kebaikan.
Di
antara petunjuk Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam adalah mengajarkan
perkara agama kepada teman-teman duduknya, di antara yang beliau ajarkan
adalah:
"Barangsiapa yang wafat sedangkan ia memohon kepada selain Allah, ia pasti masuk Neraka." (HR. Al-Bukhari)
Di
antaranya juga:
"Seorang muslim adalah yang kaum muslimin dapat terhindar dari gangguan lisan dan tangan-nya, seorang muhajir (yang berhijrah) adalah yang meninggalkan segala yang dilarang Allah shallallahu 'alaihi wasallam." (Muttafaq 'alaih).
Dan
sabda beliau shallallahu 'alaihi wasallam:
"Sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang berjalan ke masjid di malam kelam, berupa cahaya yang sempurna pada Hari Kiamat." (HR. At-Tirmidzi dan Abu Daud)
Demikian
pula sabda beliau shallallahu 'alaihi wasallam :
"Perangilah kaum musyrikin dengan harta, jiwa dan lisan kamu." (HR. Abu Daud)
Diriwayatkan
juga dari beliau:
"Sesungguhnya seorang hamba berbicara dengan sebuah perkataaan yang belum jelas bermanfaat baginya sehingga membuat ia terperosok ke dalam api Neraka lebih jauh daripada jarak timur dan barat." (Muttafaq 'alaih)
Putra-putri Rasulullah
Pada zaman jahiliyah, kelahiran seorang bayi perempuan adalah lembaran hitam dalam kehidupan sepasang suami istri. Bahkan merupakan lembaran hitam bagi keluarga dan kabilahnya. Kepercayaan masyarakat jahiliyah seperti itu mendorong mereka mengubur anak perempuan hidup-hidup karena takut cela dan aib. Penguburan anak perempuan tersebut dilakukan dengan cara yang sangat sadis tanpa ada rasa sayang dan belas kasih sama sekali. Anak perempuan tersebut dikubur hidup-hidup. Mereka melakukan perbuatan terkutuk itu dengan berbagai macam cara. Di antaranya, jika lahir seorang bayi perempuan, mereka sengaja membiarkan bayi itu hidup sampai berusia 6 tahun, kemudian si bapak berkata kepada ibu anak yang malang tersebut: "Dandanilah anak ini, sebab aku akan membawanya menemui paman-pamannya." Sementara si bapak telah menyiapkan lubang di tengah padang pasir yang sepi. Lalu dibawalah anak perempuannya itu menuju lubang tersebut. Sesampainya di sana si bapak berkata kepadanya: "Lihatlah lubang itu!" lalu sekonyong-konyong ia dorong anak itu ke dalamnya dan menimbunnya dengan tanah secara sadis dan keji.
Di
tengah-tengah masyarakat jahiliyah seperti itulah Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam muncul dengan membawa agama yang agung ini, agama yang
menghormati hak-hak perempuan, baik statusnya sebagai ibu, istri, anak, kakak
ataupun bibi.
Putri-putri
beliau begitu banyak mendapat curahan kasih sayang dari beliau shallallahu
'alaihi wasallam. Apabila Fathimah radhiyallahu 'anha datang, beliau akan
segera bangkit menyambutnya sambil memegang tangannya, lalu menempatkannya di
tempat duduk beliau shallallahu 'alaihi wasallam. Demikian pula bila Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam datang mengunjungi Fathimah radhiyallahu 'anhu, ia
segera bangkit menyambut beliau shallallahu 'alaihi wasallam sambil menuntun
tangan beliau dan menciumnya serta menempatkan beliau di tempat duduknya.
(Sebagaimana tertera dalam HR. Abu Daud, Tirmidzi dan An-Nasaai)
Meskipun
beliau begitu sayang kepada putri-putrinya dan begitu memuliakan mereka, namun
beliau rela menerima talaq (perceraian) kedua putri beliau Ruqaiyyah dan Ummu
Kaltsum radhiyallahu 'anhuma dari suami mereka, yaitu 'Utbah dan 'Utaibah putra
Abu Lahab setelah turun surat Al-Lahab ("Binasalah kedua tangan Abu
Lahab"). Beliau tetap sabar serta mengharap pahala dari Allah Ta'ala.
Beliau tidak berkenan menghentikan dakwah atau surut ke belakang. Pasalnya kaum
Quraisy mengancam, bila beliau tidak menghentikan dakwah, maka kedua putri
beliau akan dicerai. Namun beliau tetap teguh dan sabar serta tidak goyah dalam
mendakwahkan agama Islam.
Di
antara bentuk sambutan hangat beliau terhadap putri beliau adalah sebagaimana
yang dituturkan 'Aisyah radhiyallahu 'anha ia berkata: "Pada suatu hari
kami, para istri Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, berada di sisi
beliau. Lalu datanglah Fathimah radhiyallahu 'anha kepada beliau dengan
berjalan kaki. Gaya berjalannya sangat mirip dengan Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam. Ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melihatnya,
beliau memberikan ucapan selamat untuknya, beliau berkata:
"Selamat datang wahai putriku." Kemudian beliau tempatkan ia di sebelah kanan atau kiri beliau." (HR. Muslim)
Di
antara bentuk kasih sayang dan cinta beliau kepada putri-putri beliau ialah
dengan mengunjungi mereka dan menanyakan kabar dan problem yang mereka hadapi.
Fathimah radhiyallahu 'anha pernah datang menemui beliau shallallahu 'alaihi
wasallam mengadukan tangannya yang lecet karena mengadon tepung, ia meminta
seorang pelayan kepada beliau. Namun Fatihmah radhiyallahu 'anha tidak bertemu
dengan beliau. Fathimah radhiyallahu 'anha melaporkan kedatangannya kepada
'Aisyah radhiyallah 'anha. Setelah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
kembali, 'Aisyah radhiyallahu 'anha mengabarkan perihal kedatangan Fathimah
radhiyallahu 'anha. 'Ali radhiyallahu 'anhu menuturkannya kepada kita:
Beliau
shallallahu 'alaihi wasallam lalu datang menemui kami berdua saat kami sudah
berbaring di atas dipan. Ketika beliau datang, kamipun segera bangkit. Beliau
shallallahu 'alaihi wasallam berkata: "Tetaplah di tempat
kamu!" beliaupun mendekat lalu duduk di antara kami berdua hingga aku
dapat merasa-kan sejuk kedua telapak kaki beliau di dadaku. Beliau
bersabda:
"Maukah kamu aku tunjukkan sesuatu yang lebih baik bagi kamu berdua daripada seorang pelayan?" Apabila kamu hendak tidur, bacalah takbir (Allahu Akbar) tiga puluh empat kali, tasbih (Subhaa-nallaah) tiga puluh tiga kali, dan tahmid (Alham-dulillahi) tiga puluh tiga kali. Sesungguhnya bacaan tersebut lebih baik bagimu daripada seorang pelayan." (HR. Al-Bukhari)
Sungguh,
pada diri Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam terdapat teladan yang baik
bagi kita, teladan dalam kesabaran dan ketabahan. Seluruh putra-putri beliau
wafat sewaktu beliau masih hidup -kecuali Fathimah radhiyallah 'anha, namun
meskipun demikian beliau tidak menampar-nampar wa-jah, merobek-robek pakaian
dan tidak mengadakan kenduri kematian (sebagaimana yang dilakukan mayoritas
manusia sebagai ungkapan kesedihan dan belasungkawa). Beliau shallallahu
'alaihi wasallam tetap sabar dan tabah dengan mengharap pahala dari Allah
Ta'ala serta ridha atas takdir dan ketentuan Allah Ta'ala.
Keharmonisan
Rumah Tangga Rasulullah
Di
bawah naungan rumah tangga yang bersahaja di situlah tinggal sang istri,
pahlawan di balik layar pembawa ketenangan dan kesejukan. Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Dunia itu penuh dengan kenikmatan. Dan sebaik-baik kenikmatan dunia adalah istri yang shalihah." (Lihat Shahih Jami' Shaghir karya Al-Albani)
Di
antara keelokan budi pekerti Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan
keharmonisan rumah tangga beliau ialah memanggil 'Aisyah radhiyallahu 'anha
dengan nama kesayangan dan mengabarkan kepadanya berita yang membuat jiwa
serasa melayang-layang.
Aisyah
radhiyallah 'anha menuturkan: "Pada suatu hari Rasu-lullah shallallahu
'alaihi wasallam berkata kepadanya:
"Wahai 'Aisy (panggilan kesayangan 'Aisyah radhiyallahu 'anha ), Malaikat Jibril shallallahu 'alaihi wasallam tadi menyampaikan salam buatmu." (Muttafaq 'alaih)
Bahkan
beliau shallallahu 'alaihi wasallam selaku Nabi umat ini yang paling
sempurna akhlaknya dan paling tinggi derajatnya telah memberikan sebuah contoh
yang berharga dalam hal berlaku baik kepada sang istri dan dalam hal kerendahan
hati, serta dalam hal mengetahui keinginan dan kecemburuan wanita. Beliau
shallallahu 'alaihi wasallam menempatkan mereka pada kedudukan yang
diidam-idamkan oleh seluruh kaum hawa. Yaitu menjadi seorang istri yang
memiliki kedudukan terhormat di samping suaminya.
Aisyah
radhiyallahu 'anha menuturkan:
Suatu ketika aku minum, dan aku sedang haidh, lantas aku memberikan gelasku kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan beliau meminumnya dari mulut gelas tempat aku minum. Dalam kesempatan lain aku memakan sepotong daging, lantas beliau mengambil potongan daging itu dan memakannya tepat di tempat aku memakannya." (HR. Muslim)
Beliau
shallallahu 'alaihi wasallam tidaklah seperti yang diduga oleh kaum munafikin
atau seperti yang dituduhkan kaum orientalis dengan tuduhan-tuduhan palsu dan
pengakuan-pengakuan bathil. Bahkan beliau shallallahu 'alaihi wasallam lebih
memilih etika berumah tangga yang paling elok dan sederhana.
Diriwayatkan
oleh 'Aisyah radhiyallahu 'anha bahwa ia berkata:
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah mencium salah seorang istri beliau kemudian berangkat menunaikan shalat tanpa memperbaharui wudhu'." (HR. Abu Daud dan Tirmidzi)
Dalam
berbagai kesempatan, beliau selalu menjelaskan dengan gamblang tingginya
kedudukan kaum wanita di sisi beliau. Mereka kaum hawa memiliki kedudukan yang
agung dan derajat yang tinggi. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah
menjawab pertanyaan 'Amr bin Al-'Ash radhiyallah 'anhu seputar masalah ini,
beliau jelaskan kepadanya bahwa mencintai istri bukanlah suatu hal yang tabu
bagi seorang lelaki yang normal.
Amr
bin Al-'Ash radhiyallahu 'anhu pernah bertanya kepada Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam : "Siapakah orang yang paling engkau cintai?"
beliau menjawab: "'Aisyah!" (Muttafaq 'alaih)
Barangsiapa
yang mengidamkan kebahagiaan rumah tangga, hendaklah ia memperhatikan kisah-
kisah 'Aisyah radhiyallah 'anha bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Bagaimana kiat-kiat Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam membahagiakan 'Aisyah radhiyallahu 'anha.
Dari
'Aisyah radhiyallahu 'anha ia berkata:
"Aku biasa mandi berdua bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dari satu bejana." (HR. Al-Bukhari)
Rasulullah
tidak melewatkan kesempatan sedikit pun
kecuali beliau manfaatkan untuk membahagiakan dan menyenangkan istri melalui
hal-hal yang dibolehkan.
Aisyah
radhiyallah 'anha mengisahkan:
Pada
suatu ketika aku ikut bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dalam
sebuah lawatan. Pada waktu itu aku masih seorang gadis yang ramping. Beliau
shallallahu 'alaihi wasallam memerintahkan rombongan agar bergerak terlebih
dahulu. Mereka pun berangkat mendahului kami. Kemudian beliau berkata kepadaku:
"Kemarilah! sekarang kita berlomba lari." Aku pun meladeninya dan
akhirnya aku dapat mengungguli beliau. Beliau shallallahu 'alaihi wasallam
hanya diam saja atas keunggulanku tadi. Hingga pada kesempatan lain, ketika aku
sudah agak gemuk, aku ikut bersama beliau dalam sebuah lawatan. Beliau
shallallahu 'alaihi wasallam memerintahkan rombongan agar bergerak terlebih
dahulu. Kemudian beliau menantangku berlomba kembali. Dan akhirnya beliau dapat
mengungguliku. Beliau tertawa seraya berkata: "Inilah penebus kekalahan
yang lalu!" (HR. Ahmad)
Sungguh!
merupakan sebuah bentuk permainan yang sangat lembut dan sebuah perhatian yang
sangat besar. Beliau perintahkan rombongan untuk berangkat terlebih dahulu agar
beliau dapat menghibur hati sang istri dengan mengajaknya berlomba lari.
Kemudian beliau memadukan permainan yang lalu dengan yang baru, beliau berkata:
"Inilah penebus kekalahan yang lalu!"
Bagi
mereka yang sering bepergian melanglang buana serta memperhatikan keadaan
orang-orang yang terpandang pada tiap-tiap kaum, pasti akan takjub terhadap
perbuatan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Beliau adalah seorang Nabi
yang mulia, pemimpin yang selalu berjaya, keturunan terhormat suku Quraisy dan
Bani Hasyim. Pada saat-saat kejayaan, beliau kembali dari sebuah peperangan
dengan membawa kemenangan bersama rombongan pasukan besar. Meskipun demikian,
beliau tetap seorang yang penuh kasih sayang dan rendah hati terhadap
istri-istri beliau para Ummahaatul Mukiminin radhiyallah 'anhun. Kedudukan
beliau sebagai pemimpin pasukan, perjalanan panjang yang ditempuh, serta
kemenangan demi kemenangan yang diraih di medan pertempuran, tidak membuat
beliau lupa bahwa beliau didampingi para istri-istri kaum hawa yang lemah yang
sangat membutuhkan sentuhan lembut dan bisikan manja. Agar dapat menghapus
beban berat perjalanan yang sangat meletihkan.
Diriwayatkan
oleh Imam Bukhari bahwa ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam kembali
dari peperangan Khaibar, beliau menikahi Shafiyyah binti Huyaiy radhiyallahu
'anha. Beliau shallallahu 'alaihi wasallam mengulurkan tirai di dekat
unta yang akan ditunggangi untuk melindungi Shafiyyah radhiyallah 'anha dari
pandangan orang. Kemudian beliau duduk bertumpu pada lutut di sisi unta
tersebut, beliau persilakan Shafiyyah radhiyallah 'anha untuk naik ke atas unta
dengan bertumpu pada lutut beliau.
Pemandangan
seperti ini memberikan kesan begitu mendalam yang menunjukkan ketawadhu'an
beliau. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam selaku pemimpin yang berjaya
dan seorang Nabi yang diutus- memberikan teladan kepada umatnya bahwa bersikap
tawadhu' kepada istri, mempersilakan lutut beliau sebagai tumpuan, membantu
pekerjaan rumah, membahagiakan istri, sama sekali tidak mengurangi derajat dan
kedudukan beliau.
Rasulullah
dan Syariat Poligami
Sebagaimana yang sudah dimaklumi bahwa Rasulullah r menikahi sembilan wanita yang kemudian dikenal dengan sebutan Ummahatul Mukminin g. Alangkah mulia dan tinggi kedudukan tersebut! Rasulullah r menikahi seorang wanita yang berusia senja, berstatus janda, wanita yang lemah, hanya 'Aisyah Radhiallaahu anha saja yang bertatus gadis di antara seluruh istri-istri beliau.
Beliau
adalah contoh terbaik dalam hal berlaku adil kepada para istri, dalam hal
pembagian giliran ataupun urusan lainnya. 'Aisyah Radhiallaahu anha
mengungkapkan:
Setiap kali Rasulullah hendak melakukan lawatan, beliau selalu mengundi para istri. Bagi yang terpilih akan menyertai beliau dalam lawatan tersebut. Beliau membagi giliran bagi setiap istri masing-masing sehari semalam." (HR. Muslim)
Riwayat
Anas Radhiallaahu anhu berikut ini memaparkan kepada kita salah satu bentuk
keadilan beliau kepada para istri. Anas Radhiallaahu anhu menceritakan:
Rasulullah mempunyai sembilan orang istri. Apabila beliau telah membagi giliran bagi para istri, beliau hanya bermalam di rumah istri yang tiba masa gilirannya. Biasanya para Ummahaatul Mukminin berkumpul setiap malam di rumah tempat beliau bermalam. Pada suatu malam, mereka berkumpul di rumah 'Aiysah Radhiallaahu anha yang sedang tiba masa gilirannya. Rasulullah mengulurkan tangannya kepada Zaenab Radhiallaahu anha yang hadir ketika itu. 'Aisyah Radhiallaahu anhu berkata: "Itu Zaenab!" Beliau segera menarik tangannya kembali." (Muttafaq 'alaih)
Demikianlah
suasana rumah Rasulullah yang agung. Suasana harmonis seperti itu
hanya dapat terwujud dengan bimbingan taufik dan hidayah dari Allah Subhannahu
wa Ta'ala. Beliau senantiasa bersyukur kepada Allah Subhannahu
wa Ta'ala yang teraplikasi dalam bentuk ucapan dan perbuatan. Beliau senantiasa
menganjurkan istri-istri beliau untuk giat beribadah serta membantu mereka
dalam melak-sanakan ibadah, sesuai dengan perintah Allah Subhannahu wa Ta'ala
"Dan perintahkanlah kepada keluargamu
mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerja-kannya. Kami tidak
meminta rizki kepadamu, Kamilah yang memberi rizki kepadamu. Dan akibat (yang
baik) itu adalah bagi orang yang bertaqwa." (Thaha: 132)
Aisyah
Radhiallaahu anha menceritakan:
Rasulullah biasa mengerjakan shalat malam sementara aku tidur melintang di hadapan beliau. Beliau akan membangunkanku bila hendak mengerjakan shalat witir." (Muttafaq 'alaih).
Rasulullah
e menghimbau umatnya untuk menger-jakan shalat malam dan menganjurkan agar
suami istri hendaknya saling membantu dalam mengerjakannya. Sampai-sampai sang
istri boleh menggunakan cara terbaik untuk itu, yaitu dengan memercikkan air ke
wajah suaminya! demikian pula sebaliknya. Abu Hurairah Radhiallaahu anhu
meriwayatkan sebuah hadits dari Rasulullah bahwa beliau bersabda:
"Semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala merahmati seorang suami yang bangun pada malam hari untuk mengerjakan shalat malam lalu membangunkan istrinya untuk shalat bersama. Bila si istri enggan, ia memercikkan air ke wajah istrinya (supaya bangun). "Semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala merahmati seorang istri yang bangun pada malam hari untuk mengerjakan shalat malam lalu membangunkan suaminya untuk shalat bersama. Bila si suami enggan, ia memercikkan air ke wajah suaminya (supaya bangun)." (HR. Ahmad)
Perhatian
seorang muslim terhadap penampilan luar sebagai pelengkap bagi kemurnian dan
kesucian batinnya termasuk kesempurnaan pribadi dan ketaatan dalam beragama.
Beliau adalah seorang yang suci lahir maupun batin,
beliau menyenangi wangi-wangian dan siwak dan beliau menganjurkan umatnya untuk
itu. Rasulullah bersabda:
"Seandainya tidak menyusahkan umatku, niscaya akan kuperintahkan mereka untuk bersiwak setiap kali hendak shalat." (HR. Muslim)
Dari
Hudzaifah Radhiallaahu anhu ia berkata:
Rasulullah biasa menggosok giginya dengan siwak setiap kali bangun dari tidur." (HR. Muslim)
Syuraih
bin Hani' berkata: "Aku pernah bertanya kepada 'Aisyah Radhiallaahu anha :
'Apa yang pertama sekali dilakukan Rasulullah setiap kali memasuki rumahnya?" 'Aisyah
Radhiallaahu anh menjawab: "Beliau memulainya dengan bersiwak." (HR.
Muslim).
Betapa
besar perhatian beliau terhadap keber-sihan! beliau mempersiapkan diri sebaik
mungkin untuk bertemu dengan keluarga.
Beliau
selalu membaca doa setiap kali memasuki rumah, sebagai berikut:
"Dengan menyebut nama Allah kami masuk (ke rumah), dan dengan menyebut nama Allah kami keluar (darinya), dan kepada Rabb kami, kami bertawakkal. Kemudian beliau mengucapkan salam kepada keluarganya." (HR. Abu Daud)
Wahai
saudaraku, bahagiakanlah keluargamu dengan penampilan yang bersih dan ucapan
salam ketika menemui mereka. Janganlah engkau ganti dengan cacian, makian dan
bentakan.
Canda
Rasulullah
Rasulullah adalah seorang pemimpin yang sangat memperhatikan urusan umat dan seluruh pasukannya. Beliau juga sangat perhatian terhadap bawahan serta anggota keluarga. Disamping itu beliau juga tetap menjaga amal ibadah serta wahyu yang diturunkan. Dan banyak lagi urusan lain yang beliau perhatikan. Sungguh merupakan amal yang sangat agung dalam rangka memenuhi tuntutan kehidupan dan membangkitkan motivasi, yang tidak akan mampu dilaksanakan oleh sembarang orang. Namun Rasulullah r meletakkan setiap hak pada tempatnya. Beliau tidak akan mengurangi hak orang lain atau meletakkan hak tersebut tidak pada tempatnya. Meskipun sangat banyak beban dan pekerjaan, namun beliau tetap memberikan tempat bagi anak-anak kecil dihatinya. Beliau sering mengajak mereka bercanda dan bersenda gurau, mengambil hati mereka dan membuat mereka senang.
Abu
Hurairah Radhiallaahu anhu menceritakan: "Para sahabat ber-tanya kepada
Rasulullah : "Wahai Rasulullah, apakah engkau juga
bersenda gurau bersama kami?" Rasulullah menjawab:
"Tentu, hanya saja aku selalu berkata benar." (HR. Ahmad).
Anas
Radhiallaahu anhu menceritakan kepada kita salah satu bentuk canda Rasulullah
e, ia berkata: "Rasulullah r pernah memanggilnya dengan sebutan:
"Wahai pemilik dua telinga!"
(maksudnya bergurau dengannya) (HR. Abu Dawud)
Anas
Radhiallaahu anhu mengisahkan: "Ummu Sulaim Radhiallaahu anha mempunyai
seorang putra yang bernama Abu 'Umair. Rasulullah e sering bercanda dengannya
setiap kali beliau datang. Pada suatu hari Rasulullah r datang mengunjunginya
untuk bercanda, namun tampaknya anak itu sedang sedih. Mereka berkata:
Wahai
Rasulullah , burung yang biasa diajaknya bermain sudah
mati." Rasulullah lantas bercanda dengannya, beliau berkata:
"Wahai Abu 'Umair, apakah gerangan yang sedang dikerjakan oleh burung kecil itu?" (HR. Abu Daud)
Demikian
pula dengan para sahabat Radhiallaahu anhum, salah satu di antaranya adalah
yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik Radhiallaahu anhu ia berkata: "Ada
seorang pria dusun bernama Zahir bin Haram. Rasulullah sangat menyukainya. Hanya saja tampangnya
jelek. Pada suatu hari, Rasulullah menemuinya sewaktu ia menjual barang dagangan.
Tiba-tiba Rasulullah memeluknya dari belakang sehingga ia tidak
dapat melihat beliau. Ia pun berkata: "Lepaskan aku! Siapakah ini?"
Setelah menoleh ia pun mengetahui ternyata yang memeluknya adalah Rasulullah e.
Ia pun tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk merapatkan punggungnya ke dada
Rasulullah . Rasulullah lantas berkata: "Siapakah yang sudi
membeli hamba sahaya ini?" Iapun berkata: "Demi Allah wahai Rasulullah
, kalau demikian aku tidak akan laku
dijual!" Rasulullah membalas: "Justru engkau di sisi Allah I
sangat mahal harganya!" (HR. Ahmad)
Sungguh
merupakan akhlak yang terpuji dari baginda Nabi yang mulia dan luhur budi
pekertinya r.
Meskipun
beliau bersikap luwes terhadap keluarga dan kaumnya, namun tetap ada
batasannya. Beliau tidaklah melampaui batas bila tertawa, beliau hanya
tersenyum. Sebagaimana yang dituturkan 'Aisyah Radhiallaahu anha :
"Belum pernah aku melihat Rasulullah tertawa terbahak-bahak hingga kelihatan anak lidah beliau. Namun beliau hanya tersenyum." (Muttafaq 'alaih)
Meskipun
beliau selalu bermuka manis dan elok dalam perrgaulan, namun bila
peraturan-peraturan Allah dilanggar, wajah beliau akan memerah karena marah.
'Aisyah Radhiallaahu anhu menuturkan kepada kita: "Pada suatu ketika,
Rasulullah baru kembali dari sebuah lawatan. Sebelumnya
aku telah menirai pintu rumahku dengan korden tipis yang bergambar. Ketika
melihat gambar itu Rasulullah langsung merobeknya hingga berubah rona wajah
beliau seraya berkata:
"Wahai 'Aisyah, sesungguhnya orang yang paling keras siksanya di sisi Allah pada Hari Kiamat adalah orang-orang yang meniru-niru ciptaan Allah." (Muttafaq 'alaih)
Tidur
Rasulullah
Ubay bin Ka'Ab Radhiallaahu anhu menuturkan kepada kita bahwa Rasulullah pernah bersabda:
"Jika salah seorang di antara kamu mendatangi pembaringannya, hendaklah mengibaskan kasurnya dengan ujung kain (untuk membersihkannya) serta sebutlah asma Allah Subhanahu wa Ta'ala Sebab ia tidak tahu kotoran apa yang melekat pada kasurnya itu sepening-galnya. Jika hendak berbaring, hendaklah berbaring dengan bertelekan pada rusuk kanan. Dan hendaklah mengucapkan:
"Maha suci Engkau Ya Allah Ya Rabbi,
dengan menyebut nama-Mu aku meletakkan tubuhku, dan dengan nama-Mu jua aku
mengangkatnya kembali. Jika Engkau mengambil ruhku (jiwaku), maka berilah
rahmat padanya. Tetapi, bila Engaku melepas-kannya, maka peliharalah,
sebagaimana Engkau memelihara hamba-hamba-Mu yang shalih." (HR. Muslim)
Di
antara bimbingan yang beliau ajarkan kepada setiap muslim dan muslimah adalah:
"Jika kamu mendatangi pembaringanmu, hendaklah berwudhu' sebagaimana engkau berwudhu ketika hendak shalat. Kemudian berbaringlah dengan bertelekan pada rusuk kananmu."
Diriwayatkan
dari 'Aisyah Radhiallaahu anha ia berkata:
Setiap kali Rasulullah hendak tidur di pembaring-annya pada tiap malam, beliau merapatkan kedua telapak tangannya. Lalu meniupnya dan membaca surat Al-Ikhlas (Qul Huwallaahu Ahad), surat Al-Falaq (Qul A'uudzu birabbil Falaq) dan surat An-Naas (Qul A'uudzu birabbin Naas). Kemudian beliau mengusap tubuh yang dapat dijangkau dengan kedua telapak tangannya itu. Dimulai dari kepala, wajah dan tubuh bagian depan. Beliau melakukannya sebanyak tiga kali." (HR. Bukhari)
Anas
bin Malik Radhiallaahu anhu meriwayatkan: "Setiap kali Rasulullah hendak tidur di pembaringannya beliau selalu
berdoa:
"Segala puji bagi Allah yang telah memberi kami makan, memberi kami minum dan memberi kami kecukupan dan tempat berteduh. Betapa banyak orang yang tidak mempunyai Tuhan yang mem-berikan kecukupan dan tempat berteduh." (HR. Muslim)
Dari
Abu Qatadah Radhiallaahu anhu ia berkata:
"Sesungguhnya bila Rasulullah beristirahat dalam perjalanannya di malam hari, beliau berbaring dengan bertelekan pada rusuk kanan. Dan apabila beliau beristirahat pada waktu menjelang subuh, beliau tegakkan lengan dan beliau letakkan kepala di atas telapak tangan." (HR. Muslim)
Meskipun
anugrah yang Allah Subhanahu wa Ta'ala curahkan kepada kita begitu banyak,
namun cobalah lihat wahai saudaraku, kasur yang dipakai penghulu para Nabi,
penutup para rasul, makhluk yang paling utama, sebaik-baik bani adam di atas
muka bumi. Diriwayatkan oleh 'Aisyah Radhiallaahu anhu ia berkata:
"Sesungguhnya kasur yang dipakai oleh Rasulullah r hanyalah terbuat dari kulit binatang (yang telah disamak) yang diisi dengan sabut kurma." (HR. Muslim)
Pada
suatu ketika, beberapa orang sahabat Radhiallaahu anhum datang menemui beliau,
berikut juga Umar Radhiallaahu anhu Rasulullah lantas bangkit merubah posisinya, Umar
Radhiallaahu anhu melihat tidak ada kain yang melindungi tubuh Rasulullah e
dari tikar yang dipakainya berbaring. Ternyata tikar tersebut membekas pada
tubuh beliau . Melihat pemandangan itu Umar Radhiallaahu
anhu pun menangis. Rasulullah e bertanya kepadanya: "Apakah gerangan yang
membuatmu menangis wahai Umar?" ia menjawab: "Demi Allah, karena saya
tahu bahwa engkau tentu lebih mulia di sisi Allah Subhanahu wa Ta'ala daripada
raja Kisra maupun Kaisar. Mereka dapat berpesta pora di dunia sesuka hatinya.
Sedangkan Engkau adalah seorang Utusan Allah Subhanahu wa Ta'ala namun keadaan
engkau sungguh sangat memprihatinkan sebagaimana yang aku saksikan sekarang,"
Rasulullah bersabda: "Tidakkah engkau ridha wahai
Umar, kemegahan dunia ini diberikan bagi mereka, sedangkan pahala akhirat bagi
kita!" Umar Radhiallaahu anhu menjawab: "Tentu saja!"
"Demikianlah adanya!" jawab Nabi." (HR. Ahmad)
Shalat
Malam Rasulullah
Malam telah datang menjelang di langit kota Madinah, suasana gelap menyelimuti jagad raya. Namun Rasulullah menerangi sudut-sudut kota dan menghi-dupkan malamnya. Beliau bermunajat kepada Allah Ta'ala Rabb alam semesta. Beliau memohon kepada Dzat yang mengurus segala perkara guna melaksanakan perintah Sang Pencipta:
"Hai orang yang berselimut
(Muhammad), bangunlah (untuk shalat) di malam hari, kecuali sedikit
(daripadanya), (yaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit,
atau lebih dari seperdua itu, Dan bacalah Al-Qur'an itu dengan
perlahan-lahan." (Al-Muzzammil: 1-4)
Abu
Hurairah Radhiallahu anhu menceritakan:
Rasulullah
biasa mengerjakan shalat malam hingga
membengkak kedua telapak kakinya. Ada yang bertanya kepada beliau: "Wahai
Rasulullah, mengapa Anda melakukan sedemikian itu, bukankah Allah telah
mengampuni segala dosa Anda yang lalu maupun yang akan datang?" beliau
menjawab: "Bukankah selayaknya aku menjadi seorang hamba yang
bersyukur?" (HR. Ibnu Majah).
Al-Aswad
bin Yazid berkata: "Aku pernah bertanya kepada 'Aisyah Radhiallaahu anha
tentang shalat malam Rasulullah . 'Aisyah menjawab: "Biasanya beliau tidur
di awal malam, kemudian tengah malamnya beliau bangun mengerjakan shalat malam.
Bila merasa ada keperluan beliau segera menemui istri. Beliau segera bangkit
begitu mendengar seruan azan. Beliau segera mandi bila dalam keadaan junub.
Jika tidak, maka beliau segera berwudhu' lalu berangkat (ke masjid untuk)
shalat." (HR. Al-Bukhari)
Shalat
malam beliau sangat mengagumkan, ada baiknya kita ketahui panjang ayat yang dibacanya.
Semoga dapat kita jadikan contoh dan teladan.
Abu
Abdillah Hudzaifah ibnul Yaman Radhiallaahu anhu mengisahkan:
Pada
suatu malam, aku pernah shalat tahajjud bersama Rasulullah e. Beliau mengawali
shalat dengan membaca surat Al-Baqarah, saya berkata di dalam hati,
"Mungkin setelah membaca kira-kira seratus ayat, ternyata beliau terus
tidak berhenti, saya berkata lagi di dalam hati, "Mungkin, beliau
selesaikan pembacaan surat Al-Baqarah. Dalamsatu raka'at ternyata beliau terus
memulai surat Ali Imron kemudian terus mem-bacanya saya berbicara di dalam
hati: (mungkin) beliau mau ruku setelah selesai Ali-Imron, ternyata beliau
terus membaca surat An Nisa sampai habis. Beliau membaca surat-surat tersebut
dengan bacaan tartil. Setiap kali membaca ayat yang menyebutkan kemahasucian
Allah U beliau selalu bertasbih (mengucapkan subhanallah). Setiap kali membaca
ayat yang berisikan permohonan, beliau pasti berdoa. Setiap kali membaca ayat
yang menyebutkan permintaan berlindung diri kepada Allah Y, beliau segera
mengucapkan ta'awwudz. Ketika ruku' beliau membaca:
"Maha Suci Rabbku Yang Maha Agung."
Lama
ruku' beliau hampir sama dengan lama ber-diri. Kemudian beliau mengucapkan:
"Allah Maha mendengar terhadap hamba yang memuji-Nya. Ya Rabb kami, segala puji bagi-Mu."
Kemudian
beliau tegak berdiri (i'tidal), hampir sama lamanya dengan ruku'. Kemudian
beliau sujud dan membaca:
"Maha Suci Rabbku Yang Maha Luhur."
Lama
sujud beliau hampir sama dengan lama i'tidal." (HR. Muslim)
Ketika
Fajar Menyingsing
Setelah keheningan malam mulai memecah, se-iring dengan fajar yang mulai merekah, saat kewajiban shalat shubuh selesai ditunaikan, Rasulullah tetap duduk di tempat selepas shalat shubuh untuk berdzikir menyebut asma Allah sampai terbit matahari. Kemu-dian beliau mengerjakan shalat dua rakaat. Jabir bin Samurah Radhiallaahu anhu menceritakan kepada kita:
Biasanya Rasulullah selalu duduk di tempat shalat seusai menunaikan shalat subuh sampai matahari benar-benar meninggi." (HR. Muslim)
Rasulullah
menganjurkan umatnya agar meng-amalkan sunnah
yang agung tersebut. Beliau menyebutkan pahala dan balasan yang besar bagi
orang yang meng-amalkannya.
Dari
Anas bin Malik Radhiallaahu anhu ia berkata: Rasulullah pernah bersabda:
"Barang siapa yang ikut shalat fajar berjamaah di masjid, lalu duduk berdzikir mengingat Allah sampai matahari terbit, kemudian mengerjakan shalat dua rakaat, maka baginya pahala bagaikan orang yang menunaikan ibadah haji dan umrah dengan sempurna, sempurna dan sempurna." (HR. At-Tirmidzi)
Shalat Dhuha Rasulullah
Matahari telah meninggi, terik cahayanya pun mulai menyengat. jilatan panasnya seakan membakar wajah. Waktu dhuha telah tiba. Waktu untuk bekerja dan menunaikan kebutuhan. Meskipun beban risalah begitu berat seperti, menjamu duta-duta yang datang berkun-jung, memberikan ta'lim (pengarahan) kepada para sahabat Radhiallaahu anhum serta menunaikan hak keluarga, namun beliau tidak pernah lupa beribadah kepada Allah .
Mu'adzah
berkata: "Aku bertanya kepada 'Aisyah Radhiallaahu anha: "Apakah
Rasulullah Shallallahu alaihi wasalam sering mengerjakan shalat Dhuha?" ia
menjawab: "Tentu, beliau sering mengerjakan shalat Dhuha empat rakaat
bahkan lebih dari itu seluang waktu yang diberikan Allah ." (HR. Muslim)
Bahkan
Rasulullah juga mewasiatkan hal itu. Diriwayatkan dari
Abu Hurairah Radhiallaahu anhu ia berkata:
Kekasihku (Rasulullah ) telah mewasiatkan kepadaku agar berpuasa tiga hari dalam setiap bulan, agar mengerjakan shalat duha dan agar aku mengerjakan shalat witir sebelum tidur." (Muttafaq 'alaih)
Shalat
Sunnah Rasulullah di Rumah
Rumah yang tegak di atas pilar-pilar keimanan, penuh dengan ibadah dan dzikir, itulah rumah idaman. Rasulullah mewasiatkan agar rumah kita seperti itu. Beliau bersabda:
"Lakukanlah beberapa shalat-shalat sunnah di rumahmu. Jangan jadikan rumahmu bagaikan kuburan." (HR. Al-Bukhari)
Ibnul
Qayyim –rahimahullah- berkata: "Rasulullah mengerjakan seluruh shalat-shalat sunnat di
rumah. Demikian pula shalat sunnah yang tidak berkaitan dengan tempat tertentu,
beliau lebih suka menger-jakannya di rumah. Terutama shalat sunnat ba'diyah
maghrib, tidak ada riwayat yang menyebutkan bahwa beliau pernah mengerjakannya
di masjid. Ada beberapa faidah mengerjakan shalat sunnah di rumah, di
antaranya:
- Meneladani sunnah Rasulullah .
- Mengajarkan tata cara shalat kepada istri dan anak-anak.
- Mengusir setan-setan dari rumah disebabkan dzikir dan tilawah Al-Quran.
- Lebih membantu dalam mencapai ibadah yang ikhlas dan jauh dari penyakit riya'.
Tangis
Rasulullah
Setiap orang pasti pernah menangis, baik kaum pria maupun wanita. Akan tetapi tahukah kamu, mengapa dan karena siapa mereka menangis? Rasulullah juga menangis, padahal dunia berada dalam genggamannya jika beliau menghendaki. Dan Surga ada di hadapan beliau, sementara beliau berada di tempat yang paling tinggi di dalamnya. Benar, beliau memang sering menangis, sebagaimana tangisan seorang hamba ahli ibadah. Beliau menangis di dalam shalat tatkala bermu-najat kepada Rabb . Beliau juga menangis ketika men-dengarkan tilawah Al-Quran. Tangisan yang bersumber dari kelembutan hati dan ketulusan nurani serta dari ma'rifat keagungan Allah .
Dari
Mutharrif –yakni bin Abdillah bin Asy-Syikhkhir- dari bapaknya –yakni
Abdullah bin Asy-Syikhkhir Radhiallaahu anhu - ia berkata:
Aku datang menemui Rasulullah ketika beliau sedang shalat. Dari rongga dada beliau keluar suara seperti bunyi air yang tengah mendidih di dalam kuali, disebabkan tangis beliau." (HR. Abu Daud)
Abdullah
bin Mas'ud Radhiallaahu anhu menuturkan: "Rasulullah pernah berkata kepadaku: "Bacalah
Al-Qur'an untukku" aku berkata: "Wahai Rasulullah, apakah aku yang
harus membacanya, sedangkan Al-Qur'an itu diturunkan kepadamu?" beliau
menimpali: "Aku lebih suka mendengarkannya dari orang lain." Akupun
membacakan surat An-Nisaa' untuk beliau. Hingga telah sampai pada ayat:
"Maka bagaimanakah (halnya orang-orang kafir nanti), apabila kami
mendatangkan seseorang saksi (rasul) dari tiap-tiap umat dan Kami mendatangkan
kamu (Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu (sebagai umatmu)." (QS.
An-Nisa: 41) Aku lihat air mata beliau menetes." (HR. Al-Bukhari)
Cobalah
perhatikan uban yang menghiasi rambut beliau. Jumlahnya lebih kurang delapan
belas helai di kepala dan janggut beliau. Camkanlah dengan mata hatimu,
dengarkanlah kisah uban putih tersebut dari penuturan beliau. Abu Bakar
Radhiallaahu anhu pernah bertanya: "Wahai Rasulullah , sungguh Anda telah beruban."
Beliau menjawab:
"Surat Hud, surat Al-Waqi'ah, surat Al-Mursalat, surat 'Amma yatasaa`aluun dan surat Idzasy Syamsu kuwwirat telah menyebabkan aku beruban." (HR. At-Tirmdzi)
Tawadhu'
Rasulullah
Rasulullah adalah seorang yang sangat elok akhlaknya dan sangat agung wibawanya. Akhlak beliau adalah Al-Qur'an sebagaimana yang dituturkan 'Aisyah x, ia berkata: "Akhlak Rasulullah adalah Al-Qur'an." (HR. Muslim).
Beliau
juga pernah bersabda:
"Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia." (HR. Ahmad)
Salah
satu bentuk ketawadhu'an Rasulullah adalah; beliau tidak suka dipuji dan
disanjung secara berlebihan. Dari Umar bin Kaththab Radhiallaahu anhu ia
berkata: Rasulullah pernah bersabda:
"Janganlah kamu sanjung aku (secara berlebihan) sebagaimana kaum Nasrani menyanjung 'Isa bin Maryam alaihisSalam secara berlebihan. Aku hanyalah seorang hamba Allah, maka panggillah aku dengan sebutan: hamba Allah dan Rasul-Nya." (HR. Abu Daud)
Dari
Anas bin Malik Radhiallaahu anhu ia berkata: "Ada beberapa orang
memanggil Rasulullah sambil berkata: "Wahai Rasulullah, wahai
orang yang terbaik dan anak orang yang terbaik di antara kami, wahai junjungan
kami dan anak dari junjungan kami." Rasulullah segera menyanggah seraya berkata:
"Wahai sekalian manusia, katakanlah sewajarnya saja! Jangan sampai kamu digelincirkan setan. Aku adalah Muhammad hamba Allah dan rasul-Nya. Aku tidak sudi kamu angkat di atas kedudukan yang dianugrahkan Allah kepadaku." (HR. An-Nasai)
Sebagian
orang ada yang menyanjung Rasulullah secara berlebihan. Sampai-sampai ia meyakini
bahwa Rasulullah mengetahui ilmu ghaib atau meyakini bahwa
beliau memiliki hak untuk memberikan manfaat dan menurunkan mudharat, bahwa
beliau dapat mengabulkan segala permintaan dan menyembuhkan segala penyakit.
Padahal Allah telah menyanggah keyakinan seperti itu. Allah
berfirman:
"Katakanlah: "Aku
tidak berkuasa menarik keman-fa'atan bagi diriku dan tidak (pula) menolak
kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allah. Dan sekiranya aku mengetahui yang
ghaib, tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan
ditimpa kemudharatan." (Al-Araf: 188)
Demikianlah
akhlak Nabi yang mulia, seorang utusan Allah , sebaik-baik manusia di muka bumi dan
seutama-utama makhluk di kolong langit. Beliau senan-tiasa tunduk patuh dan
bertaubat kepada Rabbnya. Beliau tidak menyukai kesombongan, bahkan beliau
adalah pemimpin kaum yang tawadhu' dan penghulu kaum yang tunduk patuh kepada
Rabb . Anas bin Malik Radhiallaahu anhu
mengungkapkan: "Tidak ada seorangpun yang lebih mereka cintai daripada
Rasulullah . Walaupun begitu, apabila mereka melihat
beliau, mereka tidak berdiri untuk menyambut beliau. karena mereka mengetahui
bahwa beliau tidak menyukai cara seperti itu." (HR.
Ahmad)
Layangkanlah
pandanganmu kepada Nabi umat ini . Saksikan sikap tawadhu' beliau yang sangat
menga-gumkan dan keelokan akhlak yang langka ditemukan. Beliau tetap bersikap
tawadhu' terhadap seorang wanita miskin. Beliau luangkan waktu untuk
melayaninya, padahal waktu beliau penuh dengan amal ibadah!
Dari
Anas bin Malik Radhiallaahu anhu ia berkata: "Suatu hari seorang wanita
datang menemui Rasulullah ia mengadu kepada beliau sambil berkata:
"Wahai Rasulullah, saya membutuhkan sesuatu dari Anda." Rasulullah berkata kepadanya: "Pilihlah di jalan
mana yang kamu kehendaki di kota Madinah ini, tunggulah aku di sana, niscaya
aku akan menemuimu (melayani keperluan-mu)." (HR. Abu Daud)
Beliau hadir dengan segenap jiwa
yang terpuji lagi elok.
Menjulang tinggi ke tempat yang terpuji dengannya.
Bila disingkap kesturi dari cincinnya kepada jagad raya
niscaya setiap orang akan merasakan harumnya
baik yang di gunung maupun di lembah.
Sungguh, beliau adalah pemimpin segenap ahli tawadhu' baik dalam ilmu ataupun amal.
Menjulang tinggi ke tempat yang terpuji dengannya.
Bila disingkap kesturi dari cincinnya kepada jagad raya
niscaya setiap orang akan merasakan harumnya
baik yang di gunung maupun di lembah.
Sungguh, beliau adalah pemimpin segenap ahli tawadhu' baik dalam ilmu ataupun amal.
Diriwayatkan
dari Abu Hurairah Radhiallaahu anhu dari Rasulullah beliau bersabda:
"Andaikata aku diundang makan paha atau kaki binatang, niscaya aku kabulkan undangannya. Andaikata kepadaku hanya dihadiahkan kaki atau paha binatang, tentu akan aku terima hadiah itu." (HR. Al-Bukhari)
Semoga
hadits Rasulullah tadi menjadi pelajaran sekaligus peringatan
bagi orang-orang yang takabbur dari sifat sombong dan angkuh.
Abdullah
bin Mas'ud Radhiallaahu anhu meriwayatkan dari Rasulullah bahwa beliau bersabda:
"Tidak akan masuk Surga orang yang di dalam hatinya terdapat sebesar biji zarrah kesombongan." (HR. Muslim)
Sifat
sombong merupakan jalan menuju Neraka, wal 'iyaadzubillah, meskipun
hanya sebesar biji zarrah. Cobalah lihat hukuman yang ditimpakan terhadap orang
yang sombong dan angkuh cara berjalannya. Betapa besar kemurkaan dan kemarahan
yang diturunkan Allah Ta'ala atasnya. Dan betapa pedih siksa yang dideritanya.
Dari
Abu Hurairah Radhiallaahu anhu dari Rasulullah beliau bersabda:
"Ketika seorang lelaki berjalan dengan mengenakan pakaiannya, takjub dengan kehebatan dirinya sendiri, rambutnya tersisir rapi, berjalan dengan angkuh. Namun tiba-tiba Allah Ta'ala menenggelamkannya. Dia terus terbenam ke dasar bumi sampai hari Kiamat." (Muttafaq 'alaih)
Pelayan
Rasulullah
Seorang pelayan yang miskin papa lagi lemah, namun oleh Rasulullah ditempatkan pada kedudukan yang layak. Beliau mengukurnya dari sisi agama dan ketakwaannya, bukan dari sisi status sosial dan keduduk-annya yang lemah. Rasulullah telah memberikan pengarahan dalam memperlakukan pelayan dan pekerja, beliau bersabda:
"Mereka (para pelayan dan pekerja) adalah saudara kamu (seiman). Allah Ta'ala menempatkan mereka di bawah kekuasaan kamu. Berilah mereka makanan yang biasa kamu makan, berikanlah mereka pakaian yang biasa kamu pakai. Janganlah memberatkan mereka di luar batas kemampuan. Jika kamu mem-berikan sebuah tugas, bantulah mereka dalam melaksanakannya." (HR. Muslim)
Simaklah
penuturan seorang pelayan tentang maji-kannya. Sebuah penuturan yang sangat
mengagumkan dan pengakuan yang mengesankan serta pujian nan agung. Pernahkah
Anda melihat seorang pelayan memuji majikannya sebagaimana pujian yang
diberikan pelayan Rasulullah kepadanya!?"
Anas
bin Malik Radhiallaahu anhu mengungkapkan: "Aku pernah menjadi pelayan
Rasulullah selama sepuluh tahun. Tidak pernah sama
sekali beliau mengucapkan "hus" kepadaku. Beliau tidak pernah
membentakku terhadap sesuatu yang kukerjakan (dengan ucapan): "Mengapa
engkau kerjakan begini!" Dan tidak pula terhadap sesuatu yang tidak
kukerjakan (dengan ucapan): "Mengapa tidak engkau kerjakan!" (HR.
Muslim)
Bukan
hitungan hari atau bulan, tetapi genap sepuluh tahun! Jangka waktu yang sangat
panjang. Yang penuh dengan suka dan lara, tangis dan tawa. Penuh dengan emosi
jiwa dan pasang surut kehidupan. Ayah ibuku menjadi tebusannya, meskipun
demikian beliau tidak pernah membentak atau memerintahnya.
Justru sebaliknya, beliau memberikan balasan yang setimpal, membuat bahagia
perasaan pelayannya, menutupi kebutuhan mereka beserta keluarga serta mendoakan
mereka.
Anas
Radhiallaahu anhu mengungkapkan: "Ibuku pernah berkata: "Wahai
Rasulullah, anak ini akan menjadi pelayanmu, doakanlah ia." Rasulullah kemudian berdoa:
"Ya Allah, anugrahkanlah kepadanya harta dan keturunan yang banyak dan berkahilah rizki yang Engkau curahkan kepadanya." (HR. Al-Bukhari)
Beliau
adalah seorang pemberani. Hanya saja
keberanian itu cuma beliau pergunakan untuk membela kebenaran semata. Beliau
tidak pernah mengebiri hak kaum lemah yang berada di bawah tanggung jawab
beliau, baik itu sang istri maupun si pelayan.
'Aisyah
Radhiallaahu anha menuturkan:
"Rasulullah
tidak pernah sama sekali memukul seorangpun
kecuali dalam rangka berjihad di jalan Allah Ta'ala. Beliau tidak pernah
memukul pelayan dan kaum wanita." (HR. Muslim).
Itulah
'Aisyah Radhiallaahu anha, yang telah berulang kali mengungkapkan keluhuran budi
sebaik-baik hamba yang terpilih. Telah banyak sekali riwayat yang bercerita
tentang keagungan pribadi dan keelokan pergaulan beliau. Sampai-sampai kaum
kafir Quraisy juga mengakuinya.
'Aisyah
Radhiallaahu anha kembali mengungkapkan: "Aku tidak pernah melihat
Rasulullah membalas suatu aniaya yang ditimpakan orang
atas dirinya. Selama orang itu tidak melanggar kehormatan Allah Ta'ala. Namun,
bila sedikit saja kehormatan Allah Ta'ala dilanggar orang, maka beliau adalah
orang yang paling marah karenanya. Dan sekiranya beliau diminta untuk memilih
di antara dua perkara, pastilah beliau memilih yang paling ringan, selama
perkara itu tidak menyangkut dosa." (HR. Al-Bukhari)
Beliau
menyeru umatnya untuk berlaku lemah lembut
dan sabar. Beliau bersabda:
"Sesungguhnya Allah Ta'ala itu Maha Lembut, dan menyukai kelembutan dalam segala perkara." (Muttafaq 'alaih)
Bingkisan
dan Tamu Rasulullah
Sentuhan perasaan dan gejolak emosional adalah sesuatu yang selalu hadir dan dibutuhkan dalam kehi-dupan seorang insan, baik di tengah masyarakat, keluarga maupun di dalam rumahnya. Bingkisan hadiah adalah salah satu sarana untuk merekatkan hati dan meluluh-kan dendam serta amarah.
'Aisyah
Radhiallaahu anhu menuturkan: "Rasulullah biasa menerima bingkisan hadiah dan membalas
bingkisan itu." (HR. Bukhari)
Pemberian
hadiah dan ucapan terima kasih sebagai ungkapan rasa syukur ini hanya muncul
dari jiwa yang mulia dan hati yang tulus. Akhlak yang mulia merupakan akhlak
para nabi dan sunnah para rasul. Rasulullah ¥ adalah teladan yang terdepan dan
panutan yang luhur dalam masalah tersebut. Bukankah beliau telah menegaskan:
"Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari Akhirat, hendaklah ia memuliakan tamu. Hak tamu ialah sehari semalam. Kewajiban melayani tamu adalah tiga hari, lebih dari itu merupakan sedekah. Seorang tamu tidaklah boleh berlama-lama sehingga memberatkan tuan rumah." (HR. Al-Bukhari)
Demi
Allah, tidak pernah disaksikan sebelumnya oleh siapapun juga, baik di gunung
maupun di lembah, baik penduduk Hijaz maupun penduduk semenanjung Arab, akhlak
dan budi pekerti seagung dan semulia Rasulullah . Bahkan oleh penduduk Timur dan Barat
sekalipun. Perhatikanlah baik-baik dan lihatlah perilaku Rasulullah .
Dari
Sahal bin Sa'ad Radhiallaahu anhu ia berkata: "Seorang wanita datang
menemui Rasulullah dengan membawa kain bersulam (berhias). Ia
berkata: "Aku menenun dan menyulamnya sendiri dengan tanganku supaya
engkau mengenakannya." Rasulullah pun mengambilnya, tam-paknya beliau sangat
membutuhkan. Kemudian beliau keluar menemui kami dengan mengenakan kain itu
sebagai sarung. Ada yang berkata: "Alangkah indahnya kain itu,
hadiahkanlah kain itu kepadaku!" "Boleh!" jawab beliau. Lalu
Rasulullah duduk di dalam majlis kemudian kembali.
Beliau segera melipat kain itu dan mengirimkannya kepada orang tersebut.
Orang-orang berkata: "Alangkah bagusnya engkau ini, Rasulullah lebih membutuhkan kain itu tetapi engkau
malah memin-tanya, padahal engkau tahu bahwa Rasulullah tidak pernah menolak permintaan!" orang
itu menjawab: "Demi Allah, sesungguhnya aku meminta kain itu kepada beliau
bukan untuk kukenakan, akan tetapi aku ingin menja-dikannya sebagai kain
kafan." Sahal berkata: "Dengan kain itulah ia dikafani." (HR.
Bukhari)
Tidaklah
mengherankan jika demikian luhur budi pekerti hamba pilihan Allah Ta'ala ini.
Karena beliau dibimbing langsung dibawah pengawasan-Nya dan men-jadikannya
sebagai teladan. Beliau telah memberikan contoh yang agung dalam hal kemurahan
hati dan ke-dermawanan.
Hakim
bin Hizam Radhiallaahu anhu menuturkan: "Aku pernah meminta sesuatu
kepada Rasulullah , beliau lantas memberikannya. Kemudian aku
meminta lagi, beliau pun memberikanya. Kemudian aku meminta lagi, beliau pun
memberikannya seraya berkata: "Wahai Hakim, sesung-guhnya harta ini manis
dan indah. Barang siapa yang mengambilnya dengan kemurahan hati, ia akan
mendapat keberkatan padanya. Barangsiapa yang mengambilnya dengan ketamakan, ia
tidak akan mendapat keberkatan padanya. Bagaikan orang yang makan tapi tidak
pernah kenyang. Dan tangan yang di atas lebih baik dari tangan yang di
bawah." (Muttafaq 'alaih)
Benarlah
ucapan seorang penyair:
Beliau adalah seorang yang paling
sempurna ketaatannya
disamping memiliki semangat yang begitu tinggi.
Demikian agung dan luhur kedudukan beliau
hingga sulit dibandingkan dengan siapapun.
Bila cahaya beliau menyinari umat manusia
niscaya akan mengelokkan dan menaungi mereka.
Ternyata cahaya itu adalah Al-Qur'an dan Sunnah beliau.
Kutemukan para pemburu tercengang keheranan.
Kutemukan semua kebaikan terkumpul pada seorang insan (Rasulullah )
disamping memiliki semangat yang begitu tinggi.
Demikian agung dan luhur kedudukan beliau
hingga sulit dibandingkan dengan siapapun.
Bila cahaya beliau menyinari umat manusia
niscaya akan mengelokkan dan menaungi mereka.
Ternyata cahaya itu adalah Al-Qur'an dan Sunnah beliau.
Kutemukan para pemburu tercengang keheranan.
Kutemukan semua kebaikan terkumpul pada seorang insan (Rasulullah )
Jabir
Radhiallaahu anhu berkata: "Tidak pernah sama sekali Rasulullah mengatakan "tidak" (menolak) setiap
kali diminta." (HR. Al-Bukhari)
Kedermawanan
dan kemurahan hati beliau sulit untuk dicari tandingannya. Ditambah lagi dengan
kebaikan hati, keelokan dalam bergaul dan kesetiaan beliau yang tiada taranya.
Di antara kebiasaan beliau adalah menebar senyum kepada orang yang berada di
dalam majlis. Sehingga orang-orang akan menyangka bahwa orang itulah yang
paling beliau kasihi.
Jabir
bin Abdullah Radhiallaahu anhu mengungkapkan: "Sejak aku masuk Islam,
setiap kali Rasulullah berpapasan dengan-ku atau melihatku, beliau
pasti tersenyum." (HR. Al-Bukhari)
Cukuplah
pengakuan dari orang yang melihat langsung menjadi pelajaran bagi kita.
Abdullah
bin Al-Harits Radhiallaahu anhu menuturkan: "Tidak pernah aku melihat
seseorang yang lebih banyak tersenyum daripada Rasulullah ." (HR. At-Tirmidzi)
Mengapa
harus heran wahai saudaraku tercinta, beliaulah yang menegaskan:
"Senyumanmu di hadapan saudaramu (seiman) adalah sedekah." (HR. At-Tirmidzi)
Anas
bin Malik Radhiallaahu anhu yang pernah menjadi pelayan Rasulullah telah mengungkapkan kepada kita beberapa
sifat yang agung pada diri beliau. Yang sulit ditemukan pada diri seseorang,
bahkan pada diri orang banyak. Rasulullah adalah seorang yang sangat lembut, beliau
pasti memperhatikan setiap orang yang bertanya kepadanya, beliau tidak akan
berpaling sehingga sipenanyalah yang berpaling. Beliau pasti menyambut setiap
orang yang mengulurkan tangannya kepada beliau, beliau tidak akan melepas
jabatan tangannya sehingga orang itulah yang melepaskan." (HR. Abu Nu'aim
dalam kitab Dalaail)
Selain
sangat memuliakan tamu dan berlaku lembut kepada mereka, beliau juga sangat
penyantun terhadap umatnya. Oleh sebab itu, beliau tidak rela melihat
kemungkaran bahkan beliau pasti segera mem-basminya.
Ibnu
Abbas Radhiallaahu anhu menuturkan bahwa suatu ketika Rasulullah melihat cincin emas di tangan seorang lelaki.
Beliau segera mencabut cincin itu lalu membu-angnya seraya berkata:
"Apakah salah seorang di antara kamu suka memakai bara api dari Neraka di
ta-ngannya?" (HR. Muslim)
Kasih
Sayang Rasulullah Kepada Anak-Anak
Orang-orang yang keras hati tidak akan mengenal kasih sayang. Tidak ada sedikitpun kelembutan pada diri mereka. Hati mereka keras bagaikan karang. Kaku tabiat, baik ketika memberi maupun menerima. Kurang peka perasaan, lagi tipis peri kemanusiannya. Berbeda halnya dengan orang yang dikaruniai Allah Ta'ala hati yang lembut, penuh kasih sayang lagi penuh kemurahan. Dialah yang layak disebut pemilik hati yang agung penuh cinta. Hati yang diliputi dengan kasih sayang dan digerakkan oleh perasaan yang halus.
Dari
Anas bin Malik Radhiallaahu anhu ia berkata: "Rasulullah pernah membawa putra beliau bernama Ibrahim,
kemu-dian mengecup dan menciumnya." (HR. Al-Bukhari)
Kasih
sayang tersebut tidak hanya terkhusus bagi kerabat beliau saja, bahkan beliau
curahkan juga bagi segenap anak-anak kaum muslimin. Asma' binti 'Umeis
Radhiallaahu anha –istri Ja'far bin Abi Thalib- menuturkan: "Rasulullah datang menjengukku, beliau memanggil
putra-putri Ja'far. Aku melihat beliau mencium mereka hingga menetes air mata
beliau. Aku bertanya: "Wahai Rasu-lullah, apakah telah sampai kepadamu
berita tentang Ja'far?" beliau menjawab: "Sudah, dia telah gugur pada
hari ini!" Mendengar berita itu kamipun menangis. Kemudian beliau pergi
sambil berkata: "Buatkanlah makanan bagi keluarga Ja'far, karena telah
datang berita musibah yang memberatkan mereka." (HR. Ibnu Sa'ad,
Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Ketika
air mata Rasulullah menetes menangisi gugurnya para syuhada'
tersebut, Sa'ad bin 'Ubadah Radhiallaahu anhu bertanya: "Wahai
Rasulullah, Anda menangis?" Rasulullah menjawab:
"Ini adalah rasa kasih sayang yang Allah Ta'ala letakkan di hati hamba-hamba-Nya. Sesungguhnya hamba-hamba yang dikasihi Allah Ta'ala hanyalah hamba yang memiliki rasa kasih sayang." (HR. Al-Bukhari)
Ketika
air mata Rasulullah menetes disebabkan kematian putra beliau
bernama Ibrahim, Abdurrahman bin 'Auf Radhiallaahu anhu bertanya kepada beliau:
"Apakah Anda juga menangis wahai Rasulullah?" Rasulullah menjawab:
|
"Wahai Ibnu 'Auf, ini adalah ungkapan kasih sayang yang diiringi dengan tetesan air mata. Se-sungguhnya air mata ini menetes, hati ini bersedih, namun kami tidak mengucapkan kecuali yang diridhai Allah Ta'ala. Sungguh, kami sangat berduka cita berpisah denganmu wahai Ibrahim." (HR. Al-Bukhari)
Akhlak
Rasulullah yang begitu agung memo-tivasi kita untuk
meneladaninya dan menapaki jejak langkah beliau. Pada zaman sekarang ini,
curahan kasih sayang terhadap anak-anak serta menempatkan mereka pada kedudukan
yang semestinya sangat langka kita temukan. Padahal mereka adalah calon
pemimpin keluarga esok hari, mereka adalah cikal bakal tokoh masa depan dan
cahaya fajar yang dinanti-nanti. Kejahilan dan keangkuhan, dangkalnya pemikiran
serta sempitnya pandangan menyebabkan hilangnya kunci pembuka hati terhadap
para bocah dan anak-anak. Sementara Rasulullah , kunci pembuka hati itu ada di tangan dan
lisan beliau. Cobalah lihat, Rasulullah senantiasa membuat anak-anak senang kepada
beliau, mereka menghormati dan memuliakan beliau. Hal itu tidaklah
mengherankan, karena beliau menempatkan mereka pada kedudukan yang tinggi.
Setiap
kali Anas bin Malik melewati sekumpulan anak-anak, ia pasti mengucapkan salam
kepada mereka. Beliau berkata: "Demikianlah yang dilakukan Rasulullah ." (Muttafaq 'alaih)
Meskipun
anak-anak biasa merengek dan mengeluh serta banyak tingkah, namun Rasulullah tidaklah marah, memukul, membentak dan
menghardik mereka. Beliau tetap berlaku lemah lembut dan tetap bersikap tenang
dalam menghadapi mereka.
Dari
'Aisyah Radhiallaahu anha ia berkata: "Suatu kali pernah dibawa
sekumpulan anak kecil ke hadapan Rasulullah , lalu beliau mendoakan mereka, pernah juga di
bawa kepada beliau seorang anak, lantas anak itu kencing pada pakaian beliau.
Beliau segera meminta air lalu memer-cikkannya pada pakaian itu tanpa
mencucinya." (HR. Al-Bukhari)
Wahai
pembaca yang mulia, engkau pasti menge-tahui bahwa duduk di rumah Rasulullah merupakan sebuah kehormatan. Lalu, tidakkah
terlintas di dalam lubuk hatimu? Bermain dan bercanda ria dengan si kecil,
putra-putrimu? Mendengarkan tawa ria dan celoteh mereka yang lucu dan indah?
Ayah dan ibuku sebagai tebusannya, Rasulullah selaku nabi umat ini, melakukan semua hal itu.
Abu
Hurairah Radhiallaahu anhu menceritakan: "Rasulullah pernah menjulurkan lidahnya bercanda dengan
Al-Hasan bin Ali Radhiallaahu anhu. Iapun melihat merah lidah beliau, lalu ia
segera menghambur menuju beliau dengan riang gembira." (Lihat Silsilah
Shahihah no.70)
Anas
bin Malik Radhiallaahu anhu menuturkan: "Rasulullah sering bercanda dengan Zainab, putri Ummu
Salamah Radhiallaahu anha, beliau memanggilnya dengan: "Ya Zuwainab, Ya
Zuwainab, berulang kali." (Zuwainab artinya: Zainab kecil) (Lihat Silsilah
Hadits Shahih no.2141 dan Shahih Al-Jami' 5-25)
Kasih
sayang beliau kepada anak tiada batas, meskipun beliau tengah mengerjakan
ibadah yang sangat agung, yaitu shalat. Beliau pernah mengerjakan shalat sambil
menggendong Umamah putri Zaenab binti Rasulullah dari suaminya yang bernama
Abul 'Ash bin Ar-Rabi'. Pada saat berdiri, beliau menggendongnya dan ketika
sujud, beliau meletakkannya. (Muttafaq 'alaih)
Mahmud
bin Ar-Rabi' Radhiallaahu anhu mengungkapkan: "Aku masih ingat saat
Rasulullah menyemburkan air dari sebuah ember pada
wajahku, air itu diambil dari sumur yang ada di rumah kami. Ketika itu aku baru
berusia lima tahun." (HR. Muslim)
Rasulullah
senantiasa memberikan pengajaran, baik kepada
orang dewasa maupun anak-anak. Abdullah bin Abbas menuturkan: "Suatu hari
aku berada di belakang Nabi , beliau bersabda:
"Wahai anak, aku akan mengajarkan kepadamu beberapa kalimat: "Jagalah (perintah) Allah, pasti Allah akan menjagamu. Jagalah (perintah) Allah, pasti kamu selalu mendapatkan-Nya di hadapanmu. Jika kamu meminta, mintalah kepada Allah, jika kamu memohon pertolongan, mohonlah pertolongan kepada Allah." (HR. At-Tirmidzi)
Telah
kita saksikan bersama keutamaan akhlak dan keluhuran budi pekerti serta sejarah
kehidupan yang agung. Semoga semua itu dapat menghidupkan hati kita dan dapat
kita teladani dalam mengarungi bahtera kehidupan. Putra-putri yang menghiasi
rumah kita, selalu membutuhkan kasih sayang seorang ayah serta kelembutan
seorang ibu. Membutuhkan belaian yang membuat hati mereka bahagia. Sehingga
mereka dapat tumbuh dengan pribadi yang luhur dan akhlak yang lurus. Siap untuk
memimpin umat, sebagai buah karya dari para ibu dan bapak, tentu saja dengan
taufik dari Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Kehalusan,
Kelemahlembutan dan Kesabaran Rasulullah
Merampas dan mengambil hak orang lain dengan paksa merupakan ciri orang-orang zhalim dan jahat. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah memancangkan pondasi-pondasi keadilan dan pembelaan bagi hak setiap orang agar mendapatkan dan mengambil haknya yang dirampas. Dan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah menjalankan kaidah tersebut demi kebaikan dan semata-mata untuk jalan kebaikan dengan bimbingan karunia yang telah Allah curahkan berupa perintah dan larangan. Kita tidak perlu takut adanya kezhaliman, perampasan, pengambilan dan pelanggaran hak di rumah beliau.
'Aisyah
radhiyallahu 'anha menuturkan:
"Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tidak pernah sama sekali memukul seorang pun dengan tangannya kecuali dalam rangka berjihad di jalan Allah. Beliau tidak pernah memukul pelayan dan kaum wanita. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tidak pernah membalas suatu aniaya yang ditimpakan orang atas dirinya. Selama orang itu tidak melanggar kehormatan Allah Namun, bila sedikit saja kehormatan Allah dilanggar orang, maka beliau akan membalasnya semata-mata karena Allah." (HR. Ahmad)
'Aisyah
radhiyallahu 'anha mengisahkan: "Suatu kali aku berjalan bersama
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, beliau mengenakan kain najran yang
tebal pinggirannya. Kebetulan beliau berpapasan dengan seorang Arab badui,
tiba-tiba si Arab badui tadi menarik dengan keras kain beliau itu, sehingga aku
dapat melihat bekas tarikan itu pada leher beliau. ternyata tarikan tadi begitu
keras sehingga ujung kain yang tebal itu membekas di leher beliau. Si Arab
badui itu berkata: "Wahai Muhammad, berikanlah kepadaku sebagian yang kamu
miliki dari harta Allah!" Beliau lantas menoleh kepadanya sambil tersenyum
lalu mengabulkan permin-taannya." (Muttafaq 'alaih)
Ketika
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam baru kembali dari peperangan Hunain,
beberapa orang Arab badui mengikuti beliau, mereka meminta bagian kepada
beliau. Mereka terus meminta sampai-sampai beliau terdesak ke sebuah pohon,
sehingga jatuhlah selendang beliau, ketika itu beliau berada di atas
tunggangan. Beliau lantas berkata:
"Kembalikanlah selendang itu kepadaku, Apakah kamu khawatir aku akan berlaku bakhil? Demi Allah, seadainya aku memiliki unta-unta yang merah sebanyak pohon 'Udhah ini, niscaya akan aku bagikan kepadamu, kemudian kalian pasti tidak akan mendapatiku sebagai seorang yang bakhil, penakut lagi pendusta." (HR. Al-Baghawi di dalam kitab Syarhus Sunnah dan telah dinyatakan shahih oleh Syaikh Al-Albani)
Merupakan
bentuk tarbiyah dan ta'lim yang paling jitu dan indah adalah berlaku lemah
lembut dalam segala perkara, dalam mengenal maslahat dan menolak mafsadat.
Kecemburuan
yang dimiliki para sahabat telah mendorong mereka untuk menyanggah setiap
melihat orang yang keliru dan tergelincir dalam kesalahan. Mereka memang berhak
melakukan hal itu! Namun Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam yang lembut
dan penyantun melarang mereka melakukan seperti itu, karena orang itu (pelaku
kesalahan itu) jahil atau karena mudharat yang timbul dibalik itu lebih besar.
Tentu saja, perilaku Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam lebih utama untuk
diteladani.
Abu
Hurairah radhiallahu anhu menceritakan: "Suatu ketika, seorang Arab
Badui buang air kecil di dalam masjid (tepatnya di sudut masjid). Orang-orang
lantas berdiri untuk memukulinya. Namun Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
memerintahkan: "Biarkanlah dia, siramlah air kencingnya dengan seember
atau segayung air. Sesungguhya kamu ditampilkan ke tengah-tengah umat manusia
untuk memberi kemu-dahan bukan untuk membuat kesukaran." (HR.
Al-Bukhari)
Kesabaran
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dalam menyebarkan dakwah layak menjadi
motivasi bagi kita untuk mene-ladaninya. Kita wajib berjalan di atas manhaj
(metode) beliau di dalam berdakwah semata-mata karena Allah tanpa membela
kepentingan pribadi.
'Aisyahradhiyallahu
'anha pernah bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam : "Apakah
ada hari yang engkau rasakan lebih berat daripada hari peperangan Uhud?"
beliau menjawab:
"Aku
telah mengalami berbagai peristiwa dari kaummu, yang paling berat kurasakan
adalah pada hari 'Aqabah, ketika aku menawarkan dakwah ini kepada Abdu Yalail
bin Abdi Kalaal namun dia tidak merespon keinginanku. Akupun kembali dengan
wajah kecewa. Aku terus berjalan dan baru tersadar ketika telah sampai di
Qornuts Tsa'alib (sebuah gunung di kota Makkah). Aku tengadahkan wajahku, kulihat
segumpal awan tengah memayungiku. Aku perhatikan dengan saksama, ternyata
Malaikat Jibril u ada di sana. Lalu ia menyeruku: "Sesungguhnya Allah Y
telah mendengar ucapan kaum-mu dan bantahan mereka terhadapmu. Dan aku telah
mengutus malaikat pengawal gunung kepadamu supaya kamu perintahkan ia sesuai
kehendakmu. Kemudian malaikat pengawal gunung itu memberi salam kepadaku lalu
berkata: "Wahai Muhammad, sesungguhnya Allah Y telah mendengar ucapan
kaummu dan bantahan mereka terhadapmu, dan aku adalah malaikat pengawal gunung,
Allah Y telah mengutusku kepadamu untuk melaksanakan apa yang kamu perintahkan
kepadaku. Sekarang, apakah yang kamu kehendaki? jika kamu menghendaki agar aku
menimpakan kedua gunung ini atas mereka, niscaya aku lakukan!" Beliau menjawab:
"Tidak, justru aku berharap semoga Allah Y mengeluarkan dari tulang sulbi
mereka keturunan yang menyembah Allah Y semata dan tidak mempersekutukan
sesuatu apapun dengan-Nya." (Muttafaq 'alaih)
Pada
hari ini, sering kita lihat sebagian orang yang bersikap terburu-buru dalam
berdakwah. Berharap dapat segera memetik hasil. Hanya membela kepen-tingan
pribadi yang justru hal itu merusak dakwah dan mengotori keikhlasan.Oleh sebab
itu, berapa banyak kelompok-kelompok dakwah yang gagal karena individu-individunya
tidak memiliki kesabaran dan ketabahan!
Setelah
bersabar dan berjuang selama bertahun-tahun, barulah terwujud apa yang
dicita-citakan Rasulullah
Dalam
sebuah syair disebutkan:
Bagaimanakah mungkin dapat diimbangi
seorang insan terbaik yang hadir di muka bumi.
Semua orang yang terpandang tidak akan mampu mencapai ketinggian derajatnya.
Semua orang yang mulia tunduk di hadapannya.
Para penguasa Timur dan Barat rendah di sisi-nya.
seorang insan terbaik yang hadir di muka bumi.
Semua orang yang terpandang tidak akan mampu mencapai ketinggian derajatnya.
Semua orang yang mulia tunduk di hadapannya.
Para penguasa Timur dan Barat rendah di sisi-nya.
Abdullah
bin Mas'ud radhiallaahu anhu mengungkapkan: "Sampai sekarang masih
terlintas dalam ingatanku saat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
mengisahkan seorang Nabi yang dipukul kaumnya hingga berdarah. Nabi tersebut
mengusap darah pada wajahnya seraya berdoa:
"Ya Allah, ampunilah kaumku! karena mereka kaum yang jahil." (Muttafaq 'alaih)
Pada
suatu hari ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tengah melayat satu
jenazah, datanglah seorang Yahudi bernama Zaid bin Su'nah menemui beliau untuk
menuntut utangnya. Yahudi itu menarik ujung gamis dan selendang beliau sambil
memandang dengan wajah yang bengis. Dia berkata: "Ya Muhammad, lunaskanlah
utangmu padaku!" dengan nada yang kasar. Melihat hal itu Umar t pun marah,
ia menoleh ke arah Zaid si Yahudi sambil mendelikkan matanya seraya berkata:
"Hai musuh Allah, apakah engkau berani berkata dan berbuat tidak senonoh
terhadap Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam di hadapanku!" Demi Dzat
Yang telah mengutusnya dengan membawa Al-Haq, seandainya bukan karena
menghindari teguran beliau, niscaya sudah kutebas engkau dengan pedangku!"
Sementara
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memperhatikan reaksi Umar radhiallaahu
anhu dengan tenang. Beliau berkata:
"Wahai Umar, saya dan dia lebih membutuhkan perkara yang lain (nasihat). Yaitu engkau anjurkan kepadaku untuk menunaikan utangnya dengan baik, dan engkau perintahkan dia untuk menuntut utangnya dengan cara yang baik pula. Wahai umar bawalah dia dan tunaikanlah haknya serta tambahlah dengan dua puluh sha' kurma."
Melihat
Umar radhiallahu anhu menambah dua puluh sha' kurma, Zaid si Yahudi itu
bertanya: "Ya Umar, tambahan apakah ini?
Umar
radhiallahu anhu menjawab: "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
memerintahkanku untuk menambahkannya sebagai ganti kemarahanmu!" Si Yahudi
itu berkata: "Ya Umar, apakah engkau mengenalku?" "Tidak, lalu
siapakah Anda?" Umar t balas bertanya. "Aku adalah Zaid bin
Su'nah" jawabnya. "Apakah Zaid si pendeta itu?" tanya Umar lagi.
"Benar!" sahutnya. Umar lantas berkata: "Apakah yang mendorongmu
berbicara dan bertindak seperti itu terhadap Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam ? Zaid menjawab: "Ya Umar, tidak satupun tanda-tanda kenabian
kecuali aku pasti mengenalinya melalui wajah beliau setiap kali aku
memandangnya. Tinggal dua tanda yang belum aku buktikan, yaitu: apakah
kesabarannya dapat memupus tindakan jahil, dan apakah tindakan jahil yang
ditujukan kepadanya justru semakin menambah kemurahan hati-nya?" Dan
sekarang aku telah membuktikannya. Aku bersaksi kepadamu wahai Umar, bahwa aku
rela Allah Y sebagai Rabbku, Islam sebagai agamaku dan Muhammad sebagai nabiku.
Dan Aku bersaksi kepadamu bahwa aku telah menyedekahkan sebagian hartaku untuk
umat Muhammad . Umar berkata: "Ataukah untuk seba-gian umat Muhammad e
saja? sebab hartamu tidak akan cukup untuk dibagikan kepada seluruh umat Muhammad
." Zaid berkata: "Ya, untuk sebagian umat Muhammad . Zaid kemudian
kembali menemui Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan menyatakan kalimat
syahadat "Asyhadu al Laa Ilaaha Illallaahu, wa Asyhadu Anna Muhammadan
Abduhu wa Rasuuluhu". Ia beriman dan membenarkan Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam ." (HR. Al-Hakim dalam kitab Mustadrak dan menshahihkannya).
Cobalah
perhatikan dialog yang panjang tersebut, sebuah pendirian dan kesudahan yang
mengesankan. Semoga kita dapat meneladani junjungan kita nabi besar Muhammad .
Meneladani kesabaran beliau dalam menghadapi beraneka ragam manusia. Dan dalam
mendakwahi mereka dengan lemah lembut dan santun. Memberikan motivasi bila
mereka berlaku baik, serta menumbuhkan rasa optimisme di dalam diri mereka.
'Aisyahradhiyallahu
'anhamenceritakan: "Suatu kali aku pergi melaksanakan umrah bersama
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dari kota Madinah. Ketika tiba di kota
Makkah, aku berkata: "Wahai Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, ayah
dan ibuku sebagai tebusannya, engkau mengqasar shalat namun aku
menyempurnakan-nya, engkau tidak berpuasa justru aku yang berpuasa?"
beliau menjawab: "Bagus, wahai 'Aisyah!" Beliau sama sekali tidak
mencela diriku." (HR. An-Nasaai)
Makanan
Rasulullah
Meja makan dan piring silih berganti dipajang di rumah para pembesar kaum dan para penguasa. Lain halnya dengan Nabi umat ini, padahal negara beserta rakyatnya di bawah kekuasaan beliau. Unta yang penuh dengan muatan tiada henti-hentinya datang kepada beliau. Emas dan perak selalu terhampar di hadapan beliau. Tahukah kamu makanan dan minuman beliau? Apakah seperti hidangan para raja? Atau lebih mewah dari itu? Ataukah seperti hidangan orang-orang kaya dan bergelimang harta? atau lebih lengkap dan lebih komplit? janganlah terkejut melihat hidangan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam yang sederhana lagi memprihatinkan. Anas bin Malik mengungkapkan kepada kita sebagai berikut: "Rasulullah tidak pernah makan siang dan makan malam dengan daging beserta roti kecuali bila menjamu para tamu." (HR. At-Tirmidzi)
Karena
sedikitnya jamuan yang tersaji dan banyaknya peserta hidangan, beliau tidak
dapat makan kenyang kecuali dengan susah payah. Tidak pernah sekalipun beliau
dapat makan sampai kenyang kecuali ketika menjamu para tamu. Beliau dapat
kenyang bersama para tamu yang mesti beliau layani.
'Aisyahradhiyallahu
'anhamengungkapkan:
"Keluarga Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam e tidak pernah makan roti gandum sampai kenyang dua hari berturut-turut hingga beliau wafat." (HR. Muslim)
Dalam
riwayat lain disebutkan:
"Keluarga Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tidak pernah makan roti gandum sampai kenyang tiga hari berturut-turut semenjak tiba di kota Madinah sampai beliau wafat." (Muttafaq 'alaih)
Bahkan
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah tidak mendapatkan sesuatu untuk
dimakan. Hingga beliau tidur dalam keadaan lapar, tidak ada sesuap makanan pun
yang mengganjal perut beliau. Ibnu Abbas menuturkan sebagai berikut:
"Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan keluarga beliau tidur dalam keadaan lapar selama beberapa malam berturut-turut. Mereka tidak mendapatkan hidangan untuk makan malam. Sedangkan jenis makanan yang sering mereka makan adalah roti yang terbuat dari gandum." (HR. At-Tirmidzi)
Keadaan
seperti itu bukan karena beliau tidak punya atau kekurangan harta. Justru harta
melimpah ruah berada dalam genggaman beliau dan harta-harta pilihan diusung ke
hadapan beliau. Akan tetapi, Allah Y memilih keadaan yang paling benar dan
sempurna bagi Nabi-Nya e.
'Uqbah
bin Al-Harits berkata:
"Pada
suatu hari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam e mengimami kami shalat
Ashar. Seusai shalat, beliau segera memasuki rumah, tidak lama kemudian beliau
keluar kembali. Aku bertanya kepada beliau, atau ada yang bertanya kepada
beliau tentang perbuatan beliau itu. Beliau menjawab:
"Aku tadi meninggalkan sebatang emas dari harta sedekah di rumah. Aku tidak ingin emas itu berada di tanganku sampai malam nanti. Karena itulah aku segera membagikannya." (HR. Muslim)
Kedermawanan
yang menakjubkan dan pemberian yang tiada bandingannya hanya dapat dijumpai
pada diri Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam .
Anas
bin Malik radhiallahu anhu mengungkapkan: "Setiap kali Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam e dimintai sesuatu karena Islam, beliau pasti
memberinya. Pernah datang menemui beliau seorang laki-laki, lantas beliau
memberinya seekor kambing yang digembala di antara dua gunung (kambing yang
gemuk). Lelaki itu kembali menemui kaumnya seraya berseru: "Wahai kaumku,
masuklah kamu ke dalam Islam! Sesungguhnya Muhammad selalu memenuhi segala
permintaan seakan-akan ia tidak takut jatuh miskin." (HR. Muslim)
Meski
dengan kedermawaan dan pemberian yang demikian menakjubkan itu, namun cobalah
lihat keadaan diri beliau , Anas bin Malik menuturkannya kepada kita. Ia
berkata: "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tidak pernah makan
hidangan di meja makan hingga beliau wafat, beliau juga tidak pernah makan roti
yang terbuat dari gandum halus hingga beliau wafat." (HR. Al-Bukhari)
'Aisyahradhiyallahu
'anhamengisahkan: "Pada suatu hari, Rasu-lullah e datang menemuiku.
Beliau bertanya: "Apakah kamu masih menyimpan makanan?"
'Aisyahradhiyallahu 'anhamenjawab: "Tidak ada!" Beliau berkata:
"Kalau begitu aku berpuasa." (HR. Muslim)
Dalam
sebuah riwayat yang shahih disebutkan bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam e dan keluarganya pernah selama sebulan atau dua bulan hanya memakan Aswadaan,
yaitu kurma dan air. (HR. Bukhari & Muslim)
Meskipun
hidangan yang beliau makan sangat sederhana dan sedikit, namun beliau tidak
pernah lupa mensyukuri nikmat Allah . Sebagai cerminan dari akhlak beliau yang
luhur dan etika islami yang agung. Begitu pula, beliau tidak lupa berterima
kasih kepada orang yang menghidangkannya serta tidak mencela bila ada hal yang
kurang berkenan. Sebab, meskipun orang yang memasaknya telah berupaya sebaik
mungkin, akan tetapi kekurangan itu pasti selalu ada. Oleh sebab itu,
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam e tidak pernah mencela makanan dan
orang yang memasaknya. Beliau tidak akan menolak makanan yang disajikan dan
tidak menuntut yang tidak tersaji. Beliau adalah Nabi umat ini, perhatian
beliau tidaklah tertumpu pada masalah perut dan makanan.
Dari
Abu Hurairah radhiallaahu anhu ia berkata:
"Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sama sekali tidak pernah mencela makanan. Beliau akan memakannya bila suka, bila tidak, beliau akan membiarkannya." (Muttafaq 'alaih)
Wahai
saudaraku tercinta lagi mulia, bagi yang belum puas dan belum merasa cukup,
akan saya bawakan secara ringkas ucapan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah
sebagai berikut:
"Adapun
mengenai masalah makanan dan pakaian, sebaik-baik petunjuk di dalam masalah ini
adalah petunjuk Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam . Etika beliau terhadap
makanan ialah memakan apa yang disajikan bila beliau menyukai-nya. Beliau tidak
menolak makanan yang dihidangkan, dan tidak mencari-cari apa yang tidak
tersedia. Jika disajikan roti dan daging, beliau akan memakannya. Bila
dihidangkan buah-buahan, roti dan daging, beliau akan memakannya. Jika
dihidangkan kurma saja atau roti saja, beliau pun memakannya juga. Bila
dihidangkan dua jenis makanan, beliau tidak lantas berkata: "Aku tidak mau
menyantap dua jenis makanan!" Beliau tidak pernah menolak makanan yang
lezat dan manis. Dalam hadits beliau menyebutkan:
"Akan tetapi aku berpuasa dan berbuka. Aku shalat malam dan juga tidur. Aku juga menikahi wanita dan juga memakan daging. Barangsiapa yang mem-benci sunnahku, maka ia bukan termasuk golongan-ku."
Allah
telah memerintahkan kita supaya memakan makanan yang baik-baik dan
memerintahkan supaya banyak-banyak bersyukur kepada-Nya. Barang siapa yang
mengharamkan makanan yang baik-baik, ia tentu termasuk orang yang melampaui
batas. Barang siapa yang tidak bersyukur, maka ia telah menyia-nyiakan hak
Allah . Petunjuk Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam adalah petunjuk yang
paling tepat dan lurus. Ada dua jenis orang yang menyimpang dari petunjuk
beliau:
Kaum yang berlebih-lebihan, mereka
memuaskan nafsu syahwat dan melarikan diri dari kewajiban.
Kaum yang mengharamkan perkara yang
baik-baik dan mengada-adakan perbuatan bid'ah, seperti bid'ah rahbaniyyah
yang tidak disyariatkan Allah . Sebab, tidak ada rahbaniyyah di dalam
agama Islam."
Kemudian
Syaikhul Islam melanjutkan:
"Setiap
yang halal pasti baik, dan setiap yang baik pasti halal. Karena Allah telah
menghalalkan seluruh perkara yang baik-baik bagi kita dan mengharamkan seluruh
perkara yang jelek. Dan termasuk makanan yang baik ialah yang berguna lagi lezat.
Dan Allah telah mengharamkan seluruh perkara yang memudharat-kan kita serta
menghalalkan seluruh perkara yang bermanfaat bagi kita.
Kemudian
beliau radhiallaahu anhu melanjutkan:
"Umat
manusia memiliki selera yang beraneka ragam dalam hal makanan dan pakaian.
Kondisi mereka berbeda-beda pada saat lapar dan kenyang. Keadaan seorang insan
juga selalu berubah-ubah. Akan tetapi, amal yang terbaik adalah yang paling
mendekatkan diri kepada Allah U dan yang paling bermanfaat bagi
pelakunya." (Majmu' Fatawa II / 310)
Membela
Kehormatan Orang Lain
Majlis yang paling mulia adalah majlis dzikir dan ilmu. Sekarang, bagaimana menurutmu bila seorang manusia terpilih dan pembimbing umat maju mengetengahkan pembicaraan dan pengarahan dan bimbingan-nya!
Beliau
selalu mengoreksi orang yang keliru, meluruskan kesalahan orang yang jahil,
memperingatkan orang yang lalai, sama sekali tidak di dapatkan dalam majlis
beliau kecuali kebaikan-kebaikan. Hal itu adalah salah satu bukti kesucian
majlis dan ketulusan hati beliau .
Beliau
selalu menyimak dengan baik dan mendengarkan dengan saksama orang yang
berbicara kepada-nya. Akan tetapi beliau tidak mau mendengarkan ghibah
(gunjingan) dan tidak rela mendengarkan namimah (hasutan) dan buhtan
(tuduhan palsu dan ucapan bohong). Beliau selalu membela kehormatan orang lain.
Dari
'Itban bin Malik t ia berkata: "Pada sebuah kunjungan, beliau mengerjakan
shalat rumah kami. Seusai shalat beliau bertanya:
"Di mana gerangan Malik bin Ad-Dukhsyum?" Ada seseorang yang menyahut: "Dia adalah seorang munafik, dia tidak mencintai Allah dan Rasul-Nya!" Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam segera menegur seraya berkata: "Jangan ucapkan demikian, bukankah kamu me-ngetahui dia telah mengucapkan kalimat syahadat Laa ilaaha illallaahu semata-mata mengharapkan pahala melihat wajah Allah?" Sesungguhnya Allah U telah mengharamkan atas neraka setiap orang yang mengucapkan Laa ilaaha illallaahu semata-mata mengharapkan pahala melihat wajah Allah ! Sesungguhnya Allah telah mengharamkan atas Neraka setiap orang yang mengucapkan Laa ilaaha illallaahu semata-mata mengharapkan pahala melihat wajah Allah ! (Muttafaq 'alaih)
Beliau
sangat memperingatkan dari persaksian palsu dan perampasan hak!
Dari
Abu Bakar radhillaahu anhu ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam pernah bersabda:
"Inginkah aku kabarkan kepadamu tentang dosa-dosa yang paling besar?" Kami menjawab: "Tentu saja wahai Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam!" Beliau berkata: "Mempersekutukan Allah , mendurhakai kedua orang tua, lalu beliau bangkit dari sandarannya sambil ber-kata: "Ketahuilah, berikutnya adalah persaksian palsu!" beliau terus mengulangi ucapan itu sehingga kami berharap beliau menghentikannya." (Muttafaq 'alaih)
Meskipun
beliau mencintai 'Aisyah radhiallaahu anha, beliau tetap menyanggah ghibah yang
diucapkan istri beliau tercinta itu. beliau jelaskan kepadanya betapa besar
bahaya ghibah.
'Aisyahradhiyallahu
'anha pernah berkata: "Cukuplah bagimu tentang kekurangan
Shafiyyahradhiyallahu 'anhabahwa dia begini dan begini." Perawi
menjelaskan: Yaitu pendek tubuhnya. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
langsung menegur:
"Engkau telah mengucapkan sebuah kalimat yang seandainya dicampur dengan air lautan niscaya akan mengotorinya." (HR. Abu Daud)
Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam telah memberikan kabar gembira bagi orang yang
membela kehormatan saudaranya (seagama). Beliau bersabda:
"Barangsiapa yang membela kehormatan saudara-nya dari perkataan ghibah, niscaya Allah Y akan membebaskannya dari api Neraka." (HR. Ahmad)
Dzikir
Rasulullah
Nabi umat ini sekaligus murabbi (pembimbing) yang handal dan terdepan memiliki komitmen yang sangat besar dalam beribadah. Beliau selalu menghu-bungkan hatinya dengan Allah Ta'ala. Tidak sedikitpun waktu yang terlewat tanpa dzikrullah, tahmid, syukur, istighfar dan taubat. Padahal telah diampuni dosa-dosa beliau yang lalu maupun yang akan datang. Namun beliau senantiasa menjadi hamba yang bersyukur, nabi yang mensyukuri karunia Allah dan rasul yang selalu memuji keagungan-Nya. Beliau mengenal kebesaran Allah , dengan itu beliau senantiasa memuji-Nya, memohon kepada-Nya dan kembali menuju ampunan-Nya. Beliau mengetahui betapa berharga waktu yang diberikan, beliau pergunakan sebaik-baiknya dengan selalu mengisi waktu dalam ketaatan dan ibadah.
'Aisyahradhiyallahu
'anhaberkata:
"Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam senantiasa berdzikir kepada Allah setiap waktu." (HR. Muslim)
Ibnu
Abbas radhiallaahu anhu mengungkapkan: "Kami pernah menghitung dzikir
yang diucapkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dalam satu majlis
sebanyak seratus kali:
"Ya Allah, ampunilah aku, dan terimalah taubatku, sesungguhnya Engkau Maha menerima taubat lagi Maha Pengampun." (HR. Abu Daud)
Abu
Hurairah radhiallaahu anhu menuturkan: "Saya pernah men-dengar Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Demi Allah, sesungguhya aku beristighfar dan bertaubat kepada Allah Y lebih dari tujuh puluh kali dalam sehari." (HR. Al-Bukhari)
Ibnu
Umar radhiallaahu anhuberkata: "Kami pernah menghitung dzikir yang
diucapkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam e dalam satu majlis sebanyak
seratus kali:
"Ya Allah, ampunilah aku, dan terimalah taubatku, sesungguhnya Engkau Maha menerima taubat lagi Maha Pengampun." (HR. At-Tirmidzi)
Ummul
Mukminin Ummu Salamahradhiyallahu 'anhamengung-kapkan kepada kita sebuah doa
yang sering diucapkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam r bila berada di
sisinya, sebagai berikut:
"Ya Allah, Yang membolak-balikkan hati teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu." (HR. At-Tirmidzi)
Rasulullah
Dengan Para Tetangga
Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam sangat memuliakan para tetangga. Tetangga memiliki
kedudukan yang agung dalam kehidupan beliau. Beliau pernah berkata:
"Malaikat Jibril alaihissalam senatiasa mewasiatkan agar aku berbuat baik kepada tetangga, sehingga aku mengira ia (Jibril) akan memberikan hak waris (bagi mereka)." (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Beliau
mewasiatkan Abu Dzar radhiallaahu anhu:
"Wahai Abu Dzar, jika engkau memasak makanan, perbanyaklah kuahnya, janganlah engkau lupa membagikannya kepada tetanggamu." (HR. Muslim)
Beliau
juga memperingatkan dari bahaya mengganggu tetangga. Beliau bersabda:
"Tidak akan masuk Surga orang yang tidak merasa aman tetangganya dari kejahatannya." (HR. Mus-lim)
Oleh
sebab itu, hendaklah kita senantiasa berlaku baik kepada para tetangga.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam e bersabda:
"Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhirat, hendaklah ia berlaku baik kepada tetangganya." (HR. Muslim)
Persahabatan
Yang Tulus
'Aisyahradhiyallahu 'anhamenuturkan: "Setiap kali disampaikan kepada beliau sesuatu yang kurang berkenan dari seeorang, beliau tidak mengatakan: "Apa maunya si 'Fulan' berkata demikian!" Namun beliau mengatakan: "Apa maunya 'mereka' berkata demikian!" (HR. At-Tirmidzi)
Anas
bin Malik radhiallaahu anhu menceritakan: "Pernah suatu kali seorang
lelaki datang menemui Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dengan bekas
celupan berwarna kuning pada pakaiannya (bekas za'faran). Biasanya Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam e sangat jarang menegur sesuatu yang dibencinya
pada seseorang di hadapannya langsung. Setelah lelaki itu pergi, beliau pun
berkata:
"Alangkah bagusnya bila kalian perintahkan lelaki itu untuk menghilangkan bekas za'faran itu dari bajunya." (HR. Abu Daud & Ahmad)
Abdullah
bin Mas'ud t berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah bersabda:
"Inginkah aku kabarkan kepadamu oang yang diselamatkan dari api Neraka, atau dijauhkan api Neraka darinya? Yaitu setiap orang yang ramah, lemah lembut dan murah hati." (HR. At-Tirmidzi)
Menunaikan
Hak
Hak-hak yang wajib ditunaikan seorang insan sangat banyak. Disana ada hak Allah Ta'ala, hak keluarga, hak diri pribadi maupun hak orang lain. Tahukah kamu bagaimana Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam e membagi waktunya dalam sehari untuk menunaikan hak-hak tersebut?
Anas
bin Malik radhiallaahu anhu menuturkan: "Tiga orang sahabat pernah datang
ke rumah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam e untuk menanyakan ibadah yang
beliau lakukan. Setelah diceritakan tentang ibadah beliau, mereka merasa ibadah
yang mereka kerjakan terlalu sedikit dibandingkan dengan ibadah beliau. Mereka
berkata: "Alangkah jauh kedudukan kita dari Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam e! padahal telah diampuni dosa beliau yang lalu maupun yang akan
datang. Seorang di antara mereka berkata: "Aku akan shalat malam
selamanya." Yang lain berkata: "Sedangkan aku akan berpuasa terus
menerus tanpa berbuka." Seorang lagi berkata: "Adapun aku akan
menjauhi wanita dan tidak akan menikah selamanya." Kemudian Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam e mendatangi mereka dan berkata:
"Kaliankah yang mengatakan begini dan begini?! Demi Allah, aku adalah orang yang paling takut kepada Allah U dan yang paling bertakwa kepada-Nya dari pada kalian semua. Akan tetapi aku berpuasa dan berbuka, aku shalat malam dan juga tidur, aku juga menikahi wanita. Barangsiapa yang membenci Sunnahku, maka ia bukan termasuk golonganku." (Muttafaq 'alaih)
Keberanian
dan Ketabahan Rasulullah
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mempunyai keberanian yang menga-gumkan dan tiada tandingannya dalam membela agama dan menegakkan kalimatullah Ta'ala. Beliau mempergunakan nikmat-nikmat Allah Ta'ala yang dicurahkan atas beliau pada tempat yang semestinya. 'Aisyahradhiyallahu 'anhatelah mengungkapkan hal itu dalam sebuah hadits:
"Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tidak pernah sama sekali memukul seorangpun kecuali dalam rangka berjihad di jalan Allah Subhanahu wa Ta'ala. Beliau tidak pernah memukul pelayan dan kaum wanita." (HR. Muslim)
Di
antara bukti keberanian beliau adalah kegigihan beliau dalam mendakwahkan agama
Islam seorang diri menghadapi kaum kafir Quraisy dan pemuka-pemuka-nya.
Demikian juga keteguhan beliau di atas keyakinan tersebut hingga Allah
menurunkan pertolongan-Nya. Beliau tidak pernah mengeluh atau berkata:
"Tidak ada yang sudi menyertaiku, sedangkan orang-orang semuanya
memusuhiku." Akan tetapi beliau bersandar serta bertawakkal kepada Allah
dan tetap meneruskan perjuangan dakwah beliau.
Beliau
adalah seorang pemberani dan sangat teguh dalam memegang dan melaksanakan
pendirian. Ketika orang-orang lari bercerai berai, beliau tetap teguh bagaikan
karang.
Beliau
mengasingkan diri untuk beribadah di gua Hira' selama beberapa tahun. Kala itu
beliau belum merasakan gangguan dan orang-orang Quraisy pun belum memerangi
beliau. Kaum kafir itu tidak menembakkan sebatang anak panah pun dari busurnya
kecuali setelah beliau menyebarkan aqidah tauhid dan memerintahkan untuk
memurnikan ibadah mereka kepada Allah semata. Beliau sangat mengherankan ucapan
kaum kafir sebagaimana yang difirmankan Allah :
"Katakanlah: "Siapakah
yang memberi rizki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa
(menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang
hidup dari yang mati dan yang mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan
siapakah yang mengatur segala urusan" Maka mereka
menjawab:"Allah". Maka katakanlah: "Mengapa kamu tidak bertaqwa
(kepada-Nya)?" (Yunus: 31)
Sementara
itu mereka menjadikan berhala-berhala sebagai perantara antara mereka dengan
Allah . Sebagaimana yang Allah firmankan:
"Dan orang-orang yang mengambil
pelindung selain Allah (berkata): "Kami tidak menyembah mereka melainkan
supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya". (Az-Zumar:
3)
Padahal
mereka juga meyakini tauhid Rububiyah, sebagaimana yang diungkapkan Allah ,
artinya:
"Katakanlah: "Siapakah
yang memberikan rizki kepada kalian dari langit dan bumi?" mereka akan
menjawab: "Allah".
Wahai
saudaraku, lihatlah praktek-praktek syirik yang bertebaran di seantero
negeri-negeri kaum muslimin, seperti memohon kepada orang yang sudah mati,
bertawassul dengan perantaraan mereka, bernadzar karena mereka, takut serta
mengharap kepada mereka. Sampai-sampai terputus hubungan antara mereka dengan
Allah Y disebabkan kemusyrikan yang mereka lakukan. Mereka telah menempatkan
orang-orang yang sudah mati setara dengan kedudukan Dzat Yang Maha Hidup dan
tidak akan pernah mati. Allah berfirman:
"Sesungguhnya orang yang
mempersekutukan (se-suatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengha-ramkan
kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang
zalim itu seorang penolongpun." (Al-Maidah: 72)
Sekarang
kita beranjak dari rumah beliau menuju gunung yang berada di sebelah utara.
Itulah gunung Uhud, disitulah terjadi peristiwa besar yang menunjuk-kan
keperkasaan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam e dan keteguhan serta
kesabaran beliau atas luka yang diderita pada peperangan tersebut. Pada waktu
itu wajah beliau yang mulia terluka dan beberapa gigi beliau patah serta kepala
beliau terkoyak.
Sahal
bin Sa'ad t menceritakan kepada kita ten-tang luka yang diderita beliau . Ia
berkata: "Demi Allah, aku benar-benar mengetahui siapakah yang mencuci
luka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam e, siapakah yang menyiramkan
airnya dan dengan apa luka itu diobati." Ia melanjutkan:
"Fathimahradhiyallahu 'anhaputri beliaulah yang mencuci luka tersebut,
sementara Ali bin Abi Thalib t menyiramkan airnya dengan perisai. Namun ketika
Fathimahradhiyallahu 'anhamelihat siraman air tersebut hanya menambah deras
darah yang mengucur dari luka beliau, ia segera mengambil secarik tikar lalu
membakarnya kemudian membungkus luka tersebut hingga darah berhenti mengucur.
Pada peristiwa itu gigi beliau patah, wajah beliau terluka dan kepala beliau
terkoyak lebar." (HR. Al-Bukhari)
Al-Abbas
bin Abdul Muththalib radhiallaahu anhu menceritakan kepahlawanan Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam e dalam peperangan Hunain. Ia berkata:
"Ketika pasukan kaum muslimin tercerai berai, Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam justru memacu bighalnya ke arah pasukan kaum kafir, sementara
aku terus memegang tali kekang bighal tersebut supaya tidak melaju dengan
cepat. Saat itu beliau berkata:
"Aku adalah seorang nabi bukanlah pendusta. Aku adalah cucu Abdul Muththalib." (HR. Muslim)
Sementara
itu, penunggang kuda yang gagah berani, yang sudah masyhur dan terkenal dengan
kisah-kisah kepahlawanannya, yaitu Ali bin Abi Thalib t menceritakan keberanian
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam e sebagai berikut: "Apabila dua
pasukan sudah saling bertemu dan pepe-rangan sudah demikian sengit, kamipun
berlindung di belakang Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam e, tidak ada
seorangpun yang paling dekat kepada musuh daripada beliau." (HR.
Al-Baghawi dalam Syarhus Sunnah , silakan lihat di dalam Shahih
Muslim III / no.1401)
Kesabaran
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam e dalam menyebarkan dakwah pantas
dijadikan contoh dan teladan yang baik. Hingga akhirnya Allah Ta'ala menegakkan
pilar-pilar Islam dan melebarkan sayapnya di segenap pelosok jazirah Arab,
negeri Syam dan negeri-negeri di seberang sungai Tigris. Hingga tidak tersisa
satu rumahpun kecuali telah dimasuki cahaya Islam.
Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Sesungguhnya aku telah mendapat berbagai teror dan ancaman karena membela agama Allah . Dan tidak ada seorangpun yang mendapat teror seperti itu. aku telah mendapat berbagai macam gangguan karena menegakkan agama Allah . Dan tidak seorangpun yang mendapat gangguan seperti itu. Sehingga pernah kualami selama 30 hari 30 malam, aku dan Bilal tidak mempunyai sepotong makanan pun yang layak untuk dimakan manusia kecuali sedikit makanan yang hanya dapat dipergunakan untuk menutupi ketiak Bilal." (HR. At-Tirmidzi dan Ahmad)
Walaupun
harta dan ghanimah serta perbenda-haraan dunia dari kemenangan yang diberikan
Allah kepada beliau terus mengalir, namun Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
tidak mewariskan sesuatupun kepada umatnya, tidak dinar maupun dirham, beliau
hanya mewariskan ilmu. Itulah warisan nubuwat, barangsiapa yang ingin
mengambilnya, maka silakan maju untuk mengambilnya dan selamat berbahagia
menerima warisan yang agung itu.
'Aisyahradhiyallahu
'anha menuturkan:
"Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tidak meninggalkan dinar, tidak pula dirham, tidak meninggalkan kambing, tidak pula unta. Beliau tidak mewasiatkan harta apapun." (HR. Muslim)
Doa-Doa
Rasulullah
Doa adalah ibadah yang sangat agung, yang tidak boleh dipalingkan kepada selain Allah Y. Hakikat doa adalah menunjukkan ketergantungan kita kepada Allah Y dan berlepas diri dari daya dan upaya makhluk. Doa merupakan tanda Ubudiyah (penghambaan diri secara totalitas kepada Allah Y). Doa juga merupakan lambang kelemahan manusia. Di dalam ibadah doa terkandung pujian terhadap Allah Y. Disamping itu terkandung juga sifat penyantun dan pemurah bagi Allah U. Oleh sebab itu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam e bersabda:
"Doa itu adalah ibadah." (HR. Tirmidzi)
Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam e adalah seorang yang banyak berdoa, memohon dan
menunjukkan ketergantungan kepada Allah U. Beliau sangat menyukai
kalimat-kalimat yang ringkas namun sarat makna dan juga menyukai ucapan-ucapan
doa.
Di
antara doa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam adalah:
"Ya Allah, tolonglah daku dalam menjalankan agama yang merupakan pelindung segala urusanku. Elokkanlah urusan duniaku yang merupakan tempat aku mencari kehidupan. Elokkanlah urusan akhiratku yang merupakan tempat aku kembali. Jadikanlah kehidupanku ini sebagai tambahan segala kebaikan bagiku dan jadikanlah kematianku sebagai ketenangan bagiku dari segala kejahatan." (HR. Muslim)
Di
antara doa beliau adalah
"Ya Allah, Yang Maha Mengetahui yang ghaib dan yang nyata. Ya Rabb Pencipta langit dan bumi, Rabb segala sesuatu dan yang merajainya. Aku bersksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Engkau. Aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan diriku, kejahatan setan dan bala tenta-ranya, atau aku melakukan kejahatan terhadap diriku atau yang aku tujukan kepada seorang muslim lain." (HR. Abu Daud)
Demikian
pula doa berikut ini:
"Ya Allah, cukupilah aku dengan rizki-Mu yang halal (supaya aku terhindar) dari yang haram, per-kayalah aku dengan karunia-Mu (supaya aku tidak meminta) kepada selain-Mu." (HR. At-Tirmidzi)
Di
antara permohonan beliau kepada Allah Y:
"Ya Allah, ampunilah dosaku, curahkanlah rahmat-Mu kepadaku dan temukanlah aku dengan teman yang tinggi derajatnya." (Muttafaq 'alaih)
Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam e senantiasa berdoa memohon kepada Rabb Ta'ala
baik pada waktu lapang maupun pada saat sempit. Pada peperangan Badar, beliau
berdoa kepada Allah Y hingga jatuh selendang beliau dari kedua pundaknya,
memohon kepada Allah U agar menurun-kan pertolongan bagi kaum muslimin dan
menjatuhkan kekalahan atas kaum musyrikin. Beliau sering berdoa untuk dirinya
sendiri, untuk keluarga dan ahli bait beliau, untuk sahabat-sahabat beliau bahkan
untuk segenap kaum muslimin.
Di
Penghujung Kunjungan
Setelah kita puas mendengarkan hadits-hadits Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, sirah, jihad dan perjuangan beliau yang mengesankan. Perlu diketahui bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memiliki hak yang wajib ditunaikan untuknya. Supaya dapat menyempurnakan kebaikan yang kita peroleh dan dapat berjalan di atas jalan yang benar dengan baik.
Di
antara hak-hak Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam yang wajib ditunaikan
oleh umatnya adalah:
Beriman secara jujur kepadanya yang direalisasikan dalam ucapan dan
perbuatan. Membenarkan seluruh ajaran yang dibawanya. Wajib mentaatinya dan
tidak mendurhakai perintah-perintahnya. Wajib berhukum kepadanya dan menerima
dengan lapang segala keputusannya. Menempatkan beliau sesuai dengan
kedu-dukannya tanpa sikap berlebih-lebihan dan memandang remeh. Selalu
mengikuti beliau serta menjadikannya sebagai teladan dan panutan dalam segala
perkara. Lebih mencintai beliau daripada mencintai keluarga, harta, anak dan
seluruh manusia. Menghormati dan memuliakan beliau, menolong agama yang beliau
bawa dan membela sunnah beliau serta menghidupkan sunnah itu di tengah-tengah
umat manusia. Mencintai sahabat-sahabat beliau yang mulia serta senantiasa
mendoakan kebaikan bagi mereka. Membela kehormatan mereka serta menelaah peri
kehidupan mereka. Termasuk bentuk mencintai Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam adalah banyak-banyak bershalawat untuk beliau. Allah berfirman:
"Sesungguhnya Allah dan
malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman,
bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan
kepadanya." (Al-Ahzab: 56)
Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam juga bersabda:
"Hari Jumat merupakan hari yang paling utama bagi kamu. Pada hari itu Nabi Adam shallallahu 'alaihi wasallam dicipta-kan, pada hari itu pula akan ditiup sangkakala, dan pada hari itu pula semua makhluk akan mati (setelah ditiup sangkakala), maka perbanyaklah mengucapkan shalawat untukku pada hari itu, karena shalawat kamu akan diperlihatkan kepadaku." Seorang lelaki bertanya: "Wahai Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, bagaimanakah shalawat kami dapat diperlihatkan kepadamu sementara kamu sudah hancur di dalam tanah?" Beliau menjawab: "Sesungguhnya Allah U mengharamkan bumi untuk memamah jasad para nabi." (HR. Abu Daud dan Ibnu Majah dan dinya-takan shahih oleh Syaikh Al-Albani)
Sebagai
seorang umat Muhammad kita tidak boleh berlaku bakhil menunaikan hak
beliau . Rasulullah bersabda:
"Seorang yang bakhil itu ialah yang disebutkan namaku di hadapannya namun dia tidak ber-shalawat untukku." (HR. At-Tirmidzi)
Dalam
hadits lain Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Apabila suatu kaum duduk di dalam sebuah majlis, lantas tidak berdzikir kepada Allah dan tidak bershalawat untuk Nabi, niscaya mereka akan mendapat sesuatu yang tidak disenangi dari Allah . Apabila Allah berkehendak, maka akan menyiksa mereka. Dan apabila tidak, Allah U akan mengampuni dosa mereka." (HR. At-Tirmidzi)
Perpisahan
Kita akan segera bertolak meninggalkan rumah yang dibangun di atas pilar-pilar iman dan ketaatan. Tinggallah sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dalam genggaman kita, sebagai rambu kehidupan bagi yang menghendaki keselamatan dan sebagai pedoman bagi menghendaki hidayah.
Kita
berhenti sejenak, berbincang bersama alim ulama mengenai semangat mereka dalam
mengikuti sunnah yang agung ini. Dengan harapan, semoga Allah Y memberikan
karunia kepada kita teladan dan panutan yang baik.
Imam
Ahlus Sunnah, yakni Imam Ahmad rahimahullah berkata: "Tidak
pernah aku menulis sebuah hadits pun kecuali akan aku amalkan hadits tersebut.
Hingga pada suatu ketika, sampai kepadaku sebuah hadits yang menceritakan bahwa
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah berbekam dan memberi upah kepada
Abu Thayyibah (tukang bekam) sebanyak satu dinar, maka aku pun memberikan upah
satu dinar kepada tukang bekam setiap kali aku berbekam. (Siyar A'laamun
Nubala' 9/213)
Abdurrahman
bin Mahdi berkata: "Aku pernah mendengar Sufyan berkata: "Setiap
hadits Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam yang sampai kepadaku pasti aku
amalkan meskipun hanya sekali saja."
Diriwayatkan
dari Muslim bin Yassar ia berkata : "Sungguh, aku lebih senang shalat
dengan mengenakan sandal padahal membukanya lebih mudah bagiku. Aku lakukan hal
itu semata-mata untuk mengikuti Sunnah Nabi." (As-Siyar VII /
242 dan kitab Az-Zuhud karya Imam Ahmad hal 355).
Sebagai
bingkisan untuk saudaraku tercinta, aku persembahkan hadits Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam berikut ini:
"Seluruh umatku akan masuk Surga kecuali yang enggan." Para sahabat bertanya: "Siapakah yang enggan itu wahai Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam?" Beliau menjawab: "Siapa yang mentaatiku, ia pasti masuk Surga. Siapa yang mendurhakaiku, maka dialah yang enggan (masuk Surga)." (HR. Al-Bukhari)
Ya Allah, berilah kami karunia untuk mecintai
Nabi-Mu dan menapaki jalannya yang lurus, bukan sebagai orang yang sesat lagi
menyesatkan. Ya Allah, curahkan shalawat untuk Muhammad selama siang masih
berganti malam, Ya Allah, curahkanlah shalawat untuk Muhammad selama ahli
dzikir dan para shalihin melantunkan dzikirnya, Ya Allah, kumpulkanlah kami
dengan Nabi kami Muhammad di Surga Firdaus yang tinggi dan sejukkanlah
pandangan dan mata hati kami dengan melihatnya dan berilah kami kesempatan
untuk minum dari telaganya, hingga kami tidak akan haus dan dahaga selamanya.
Shalawat dan salam semoga tercurah atas Nabi kita Muhammad , atas segenap
keluarga dan sahabat beliau.
Harap Cantumkan Dicopy dari :
Website “Yayasan Al-Sofwa”
Jl. Raya Lenteng Agung Barat, No.35 Jagakarsa, Jakarta - Selatan (12610)
Telpon: (021)-788363-27 , Fax:(021)-788363-26
www.alsofwah.or.id ; E-mail: info@alsofwah.or.id
Jl. Raya Lenteng Agung Barat, No.35 Jagakarsa, Jakarta - Selatan (12610)
Telpon: (021)-788363-27 , Fax:(021)-788363-26
www.alsofwah.or.id ; E-mail: info@alsofwah.or.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar